tag:blogger.com,1999:blog-54915152809787147572024-02-19T00:45:23.693-08:00Perpustakaan KB H. Handi Junaedi OnlineBerisi artikel-artikel inspiring tentang keluarga (yang dimuat di media cetak atau tidak) dikelola oleh Penulis.Dadan Wahyudinhttp://www.blogger.com/profile/13806924166896026470noreply@blogger.comBlogger20125truetag:blogger.com,1999:blog-5491515280978714757.post-34942010039207450192012-01-14T05:28:00.000-08:002013-08-26T14:49:33.930-07:00Profil: Prof. Dr. H. Didi Suherdi, M.Ed, Guru Besar yang Dulu Kerap Dibekali “Tempe Sukri”<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAsN6wnSkKQjI2C_a2dQROn1gCs-LmO4gUB5OGvB1T2ApPKmhLXSmHykvvzJx-_v7NonYUJNTZbwcfqEpdjPrGfvEW2ykyBZjRDA5MNVprqcL-f926SR97OE5_wNN2tWY6oZdpIt6SiqY/s1600/profil_hdidi1.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAsN6wnSkKQjI2C_a2dQROn1gCs-LmO4gUB5OGvB1T2ApPKmhLXSmHykvvzJx-_v7NonYUJNTZbwcfqEpdjPrGfvEW2ykyBZjRDA5MNVprqcL-f926SR97OE5_wNN2tWY6oZdpIt6SiqY/s400/profil_hdidi1.JPG" width="295" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dokumentasi cetak karya penulis</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: center;">
</div>
<br />
oleh : Dadan Wahyudin <br />
<br />
<span style="font-style: italic;">Hari Jum’at, 24 Juni 2011 di Gedung Balai Pertemuan UPI Bandung, Prof. Dr. H. Didi Suherdi, M.Ed bersama 5 guru besar lainnya dikukuhkan secara resmi sebagai guru besar UPI Bandung oleh Rektor UPI, Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd. Prof. Dr. H. Didi Suherdi, M.Ed dilahirkan di Pagaden, Subang, 1 November 1962. Biografi dijalani sarat perjuangan dan tantangan, sekaligus refleksi buah kesederhanaan, keteguhan dan ketawakalan. </span><br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6kbX9t1Q245LOLpzSccEznKFsexCkkggHxH7UCqse3l1WaEvl9oidAnydhqv4OkMxPw9RR4PpD3jfH7Dd5vzaVeQFmXadQyNbE82Y_w7zCtOwqYE-sIPNmmrokfHGV7UdSK7zkGM8ybI/s1600/a+didi.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5697481072328390082" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6kbX9t1Q245LOLpzSccEznKFsexCkkggHxH7UCqse3l1WaEvl9oidAnydhqv4OkMxPw9RR4PpD3jfH7Dd5vzaVeQFmXadQyNbE82Y_w7zCtOwqYE-sIPNmmrokfHGV7UdSK7zkGM8ybI/s400/a+didi.jpg" style="float: right; height: 400px; margin: 0px 0px 10px 10px; width: 267px;" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Prof. Dr. H. Didi Suherdi, M.Ed</td></tr>
</tbody></table>
Ketika di SPG Negeri Subang tahun 1980, seorang gurunya bernama Drs. Sofyan Arlan memberi saran dan memotivasi cukup intens agar Didi melanjutkan studi ke IKIP Bandung. Ia mencermati potensi akademik alumnus Madrasah Ibtidaiyah Sirojul Islam Cikadu, Tanjungsiang dan MIN Majasari, Pagadenbaru (1969-1974) serta MTs Tarbiyatul Muta’alimin Pagadenbaru (1975-1977) cukup istimewa. Didi bukan saja mampu mempertahankan tradisi juara kelas juga mengharumkan almamater SPGN Subang hingga pentas Jawa Barat (dan Banten dulu) dengan meraih Pelajar Teladan III Tingkat SLTA se-Jawa Barat di tahun 1981. <br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Motivasi dan dorongan itulah membuka cakrawala Didi sekaligus memberi keberanian untuk menempuh studi lebih tinggi dari SLTA. Biasanya siswa SPG begitu lulus, langsung mengabdikan diri sebagai guru kelas di sekolah dasar di pelosok kabupaten masing-masing. Secara baik-baik, Didi berusaha meminta izin agar ayahnya memperkenankan ikut Sipenmaru 1981. Sebagai orang tua, Pak Handi dilematis, pilihan mengijinkan berarti harus melupakan pekerjaan diimpikan di depan mata, yakni diangkat PNS/Guru secara otomatis. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pak Handi berpikir keras. Biaya kuliah di perguruan tinggi amat mahal adalah hal pertama terbayang dibenaknya. Kedua, biaya indekos. Ketiga, urusan makan, lalu buku, seragam, transport, dsb. Sungguh seesuatu tidak pernah terbersit dalam angannya. Memiki anak sekolah di SPG sebagai calon guru SD sudah dianggap anugrah luar biasa. Maklum Pak Handi masih terus “berkelahi” dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari hanya ditopang oleh penghasilannya sebagai pemangkas rambut tradisional dengan beban delapan anak satu istri. Apalagi tradisi kuliah belum familiar di lingkungan keluarga maupun masyarakat sekitarnya. Terlalu muluk dan memaksakan atau ibarat pungguk merindukan bulan, begitulah sinisme pihak lain kerap mencibir dengan upaya ditempuh Didi waktu itu. </div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTXjGqv9ArcPMru6ud8_h3x0Ni4RkaGqSSiEK0ehp8kBRjdDkyfHDF72JfggMjkbxltfM4Q4tsoY16FX6zFqA3ed2HEVQI0U4Y6MNEZ-WkPElmLv17afuTkW11K95Uv8HugkIf0UAyscE/s1600/wan2.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5697481768524131666" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTXjGqv9ArcPMru6ud8_h3x0Ni4RkaGqSSiEK0ehp8kBRjdDkyfHDF72JfggMjkbxltfM4Q4tsoY16FX6zFqA3ed2HEVQI0U4Y6MNEZ-WkPElmLv17afuTkW11K95Uv8HugkIf0UAyscE/s400/wan2.jpg" style="float: right; height: 353px; margin: 0px 0px 10px 10px; width: 400px;" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Profesor diwawancarai sejumlah media</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Didi meyakinkan bahwa ia ingin menumpahkan kepenasaran rasa cintanya terhadap bahasa Inggris, dan “hanya” memilih jurusan ini, “tidak” tergoda untuk pilihan lain. Kalaupun tidak diterima, ia ikhlas menerimanya. <br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
"Kau boleh sekolah sampai mentok!" angguk sang Ayah dengan bibir tergetar menahan emosi dengan rona berkaca-kaca. Di satu pihak momentum ini sebuah peluang, di sisi lain sang Ayah menyadari betapa terjal medan laga bakal dilaluinya. Pak Handi pun kerap dibuat trenyuh, seperti suatu ketika, ketiadaan ongkos pergi darmawisata di sekolahnya, Didi pun kerap urung ikut. Sentuhan kasih sayang dan motivasi sang Ibu membuatnya tegar, “Nanti kalau sudah waktunya, jangankan ke Ciater, ke Bali pun bisa kaucapai.” </div>
<br />
<span style="font-weight: bold;">Dibekali Tempe Sukri</span><br />
<br />
Melalui Koran Pikiran Rakyat, nama-nama calon mahasiswa perguruan tinggi negeri diumumkan. Nama Didi Suherdi diterima di Jurusan Bahasa Inggris D2 IKIP Bandung. Keluarga orang tua Didi bahagia bercampur rasa cemas. Beruntunglah Didi memiliki beasiswa dikumpulkan dari Pikiran Rakyat sebagai Pelajar Teladan Tingkat Jawa Barat. <br />
<br />
Untuk menghemat biaya indekos, ia indekos bersama kawan mahasiswa lainnya dikenalnya saat Ospek. Sementara biaya makan diatur dengan bergiliran membawa beras dari rumah menggunakan kantung terigu. Selama kos, Suaebah, ibunya membekalinya tempe kering yang dimasak bersama suuk dan teri (disingkat tempe sukri) sebagai menu bisa bertahan satu bulan. Nasi itu ditanak dengan cara diliwet, dengan tempe sukri, makanan pun bercita rasa untuk ukuran mahasiswa indekos. Amat jarang membeli nasi bungkus atau makanan instan seperti mi. Cara ini merupakan bagian dari survive hidup di kota besar. <br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxaFy7nvogKpjhVZnPKlr9UQJSKI_1nWPQYqsLGUwC0AEq7JtlPS3phd4llKiaDUSz3YhQcRoKTb4dmqKMaRpfBIDrlzNHSNGx_c7Hjhi8lrsYcYapKy0LkvFO9mfmvbzVpTMzG9aQPow/s1600/ama+a+didi.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5697484995088118306" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxaFy7nvogKpjhVZnPKlr9UQJSKI_1nWPQYqsLGUwC0AEq7JtlPS3phd4llKiaDUSz3YhQcRoKTb4dmqKMaRpfBIDrlzNHSNGx_c7Hjhi8lrsYcYapKy0LkvFO9mfmvbzVpTMzG9aQPow/s400/ama+a+didi.jpg" style="float: right; height: 267px; margin: 0px 0px 10px 10px; width: 400px;" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Penulis bersama Prof. H. Didi dalam seminar internasional</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Rupanya Allah SWT memberi jalan terbaik. Didi terpilih menjadi Ketua Hima. Saat itu Hima Bahasa Inggris mengadakan kegiatan Pekan Mahasiswa semacam bazar dan ternyata rugi mencapai hampir Rp 2 juta. Nominal angka cukup besar di saat itu. Kerugian itu harus dibayar lunas oleh Panitia. Momentum sekaligus hikmah bagi Didi. Bukan dibayar dengan uang tunai, tapi dibayar dalam bentuk lain. Yakni, seluruh mahasiswa bahasa Inggris diharuskan menerjemahkan modul-modul berbahasa Inggris oleh pimpinan proyek, dosen bahasa Inggris. Ini membuka potensi luar biasa dirinya. Mahasiswa yang hasil pekerjaan memenuhi kriteria ditetapkan hanya beberapa orang saja, termasuk Didi. Tentu dapat menambah uang sakunya.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Didi pun menyambi menjadi tenaga honorer di SMA Nusantara, Gegerkalong. Ia pun menerima privat les dan terjemahan bahasa Inggris. Cara ini ibarat sekali mendayung, dua tiga pulau terlampui. Selain menambah income, juga mengasah ketajaman kompetensi berbahasa Inggris. Tahun 1984, Didi dinobatkan sebagai “mahasiswa teladan” tingkat IKIP Bandung. Dengan nilai tertinggi, Didi termasuk kategori mahasiswa “boleh” melanjutkan ke S1 tanpa harus mengajar dulu di SMP. Tahun 1986, ia lulus S1 dan langsung mengabdikan diri di almamaternya, IKIP Bandung. </div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0wNxPZYGJpjGc4PzB44boult_-ji0ILVG2LO7qn1ZjwVsAi6HF4uiDU4jCeQQ-j3ymP07Wkoyj1vCQwDJSfnA0nPmBzCfCRKxlA_QDc51-gWc9Ofow3M0RAcTwoymPi1PmSamW_kSi1w/s1600/tkc_1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="305" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0wNxPZYGJpjGc4PzB44boult_-ji0ILVG2LO7qn1ZjwVsAi6HF4uiDU4jCeQQ-j3ymP07Wkoyj1vCQwDJSfnA0nPmBzCfCRKxlA_QDc51-gWc9Ofow3M0RAcTwoymPi1PmSamW_kSi1w/s400/tkc_1.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kisah <i>sang Ayah</i>, karya penulis dipesan khusus Majalah KISAH -Intisari Gramedia Grup (Volume 3 Juni 2006)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<span style="font-weight: bold;"><br /> Membangun Bangsa melalui Pendidikan Bahasa </span><br />
<div style="text-align: justify;">
Selama menjadi dosen di UPI Bandung, Didi tercatat sebagai dosen teladan (1998) dan ketua prodi berprestasi (2010). Selain di UPI, aktif juga memberikan kuliah di perguruan tinggi lainnya, seperti: Unigal Ciamis, Universitas Suryakancana Cianjur, UIA Jakarta, dan lain-lain. Beberapa jabatan pernah diembannya Sekretaris Balai Bahasa UPI (1997-1998), Dekan FKIP Universitas Islam As-syafi’iyah Jakarta (2002-2006), Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (2007-sekarang), Plt. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris (2011), anggota Tim Penilai Angka Kredit Dosen UPI (2007-sekarang). Selain itu aktif pada sejumlah lembaga di lingkungan Kementrian Pendidikan Nasional sebagai Anggota Tim Ad Hoc Penyusunan Instrumen Penilaian Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Inggris BSNP (2007-2009), Asesor BAN-PT (2008-sekarang), Asesor Sertifikasi Guru (2007-sekarang), Asesor Sertifikasi Dosen (2010-sekarang), dan SEAMEO MLE Fellow (2010-sekarang).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai pakar pembelajaran bahasa, Didi terlibat dunia penelitian sejak muda, baik penelitian mandiri, dengan dukungan dana pembinaan (1994, 1997, 1998) dan hibah kompetisi universitas (2003, 2004, 2007) maupun hibah kompetisi Depdiknas (1989, 1998, 2002, 2003). Hasil-hasil penelitian dan pemikirannya telah dipublikasikan melalui berbagai seminar, lokakarya, penataran, pelatihan, dan bentuk-bentuk penyebaran ilmu lainnya baik di tingkat lokal, nasional, regional, maupun internasional dan modul serta buku, antara lain: “Evaluasi Pengajaran” (2002), “Classroom Discourse Analysis: A Systemiotic Approach” (2006, Revisi 2009), “Menakar Kualitas Proses Belajar-mengajar” (2007), “Mikroskop Pedagogik: Alat Analisis Proses Belajar-Mengajar” (2007 revisi 2010). </div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEid5K5-N7FQ4FEcwQOz1JQfwvbJGg8TwV6fx05LQo2u4VnXTEtU3UTxG4-WdOnPtRWdFoftgANpqsxi8JSBdK29z1gLINJao75IrIJ2wCjWgfGiaj41Y3gNMZ_j7Mnwx6KvZJ4cWt9hBYA/s1600/profil_hj1.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEid5K5-N7FQ4FEcwQOz1JQfwvbJGg8TwV6fx05LQo2u4VnXTEtU3UTxG4-WdOnPtRWdFoftgANpqsxi8JSBdK29z1gLINJao75IrIJ2wCjWgfGiaj41Y3gNMZ_j7Mnwx6KvZJ4cWt9hBYA/s400/profil_hj1.JPG" width="295" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kisah sang IBU amat inspiratif karya penulis dimuat 7 halaman penuh oleh Majalah Suara Daerah PGRI Jawa Barat Edisi 479.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sebagai wujud kepedulian dan kecintaannya kepada pendidikan bangsa, kini Didi tengah melakukan serangkaian penelitian longitudinal di bawah tajuk besar “Membangun Bangsa melalui Pendidikan Bahasa” yang meliputi: (1) penelitian “Pengembangan Kelezatan Belajar Bahasa Inggris (PKBBI)” yang akan berlangsung selama enam tahun (2009-2015); (2) penelitian Pengembangan Keunggulan Belajar melalui “Pembelajaran Berbasis Bahasa Ibu dan Kearifan Lokal (KBPBI+KL)” yang telah dimulai persiapannya sejak awal April 2011 dan akan berlangsung selama delapan tahun (2011-2019); dan (3) penelitian “Pengembangan Pembelajaran Multi/Dwibahasa dalam Mewujudkan Sekolah Bertaraf Internasional (PPM/D SBI)” yang penelitian eksploratorisnya telah dilakukan setahun terakhir ini dan akan dilaksanakan selama tiga tahun (2011-2014). Selain itu, Didi juga tengah menyelesaikan penelitian Penerapan Model 3W+3S (Sebuah Model Pembelajaran Bahasa Asing)” yang telah ditekuninya selama lebih dari lima tahun (sejak tahun 2006) pada pembelajaran bahasa asing di tujuh program studi di FPBS. </div>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_z5WH_3rkYwxJCMkYecQQM-L264Ioq6oAc2IyR_1jBMqQ3aJnlXKELosmREbTcq4NX900MM2B6ClQDfNHN5CtXW0uUFEADLCnmoNFuZHoRRFBikCuJ39BVtJsaSevuzlXqtZqoKzjF_M/s1600/pah.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5697482713571499602" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_z5WH_3rkYwxJCMkYecQQM-L264Ioq6oAc2IyR_1jBMqQ3aJnlXKELosmREbTcq4NX900MM2B6ClQDfNHN5CtXW0uUFEADLCnmoNFuZHoRRFBikCuJ39BVtJsaSevuzlXqtZqoKzjF_M/s400/pah.jpg" style="float: right; height: 300px; margin: 0px 0px 10px 10px; width: 400px;" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bersama istri, ibu, dan saudaranya</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sempat mendapatkan kesempatan memperdalam ilmu pengembangan Professional Development Schools di the Ohio State University, USA (1997), dan pendalaman Language Teaching Models di Indiana University Bloomington, USA (2000-2001). Pernah mengikuti (1) seminar tahunan American Educational Research Association di Hyatt Hotel Chicago, USA (1997), (2) American Children: A Millenial Snapshot, di Adam’s Mark Hotel Denver Colorado, USA (2000), dan (3) 35th Annual Convention and Exposition di St. Louis, Missouri Covention Hall Missouri, USA (2001) (4) 3rd International Education Conference UPSI-UPI di Kampus UPSI Malaysia (2008), (5) Regional Meeting on the Dissemination of Project Results and Identification of Good Functioning Models, di Bangkok, Thailand (2009), (6) Inaugural APEC-RELC International Seminar Language Education: An Essential for a Global Economy di RELC Hotel Singapore (2010), (7) 6th Asia TEFL International Conference bertema “Globalizing Asia: The Role of ELT”, diselenggarakan di Sanur Paradise Plaza Hotel, Bali, 1-3 Agustus 2008.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun kesempatan lainnya: (8) Workshop on Raising Awareness and Building Capacity for SEAMEO MLE Trainers to Use Mother Tounge as a Bridge Language in Education SEAMEO QITEP in Language, Hotel Bumi Wiyata Depok, Indonesia July 2010, (9) Workshop on the Principles and Methods of Developing and Using Curricula and Teaching-Learning Materials for Non-Dominant Languages for SEAMEO MLE Trainers SEAMEO INNOTECH, Quezon City, Philippines, 23 August to 1 September 2010, (10) 57th TEFLIN International Conference “Revitalizing professionalism in ELT as a response to the globalized world” in Universitas Pendidikan Indonesia, 1-3 November 2010, (11) Language Planning in 21st Century: Constraints and Challenges Hotel Sari Pan Facific, Jakarta, 2-4 November 2010, (12) International Conference on Language, Education, and MDGs in Twin Towers Hotel, 9-11 November 2010, (13) Workshop on Raising Awareness and Building Capacity for SEAMEO MLE Trainers to Use Mother Tounge as a Bridge Language in Education VIP Hotel Cagayan de Oro, Philiphines, (14) Workshop on Raising Awareness and Building Capacity for SEAMEO MLE Trainers to Use Mother Tounge as a Bridge Language in Education Lane Xang HOTEL, Viantiane, Laos, December 2010, (15) British Council Symposium on RSBI/SBI di Century Park Hotel Jakarta, 9-10 Maret 2011, dan (16) SEAMEO End-of-Project Conference Royal Queen’s Park Hotel Bangkok, 23-25 February 2011.</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9bHBgrfNfyX0pcLoQ1c1k3Rir7Af3KVAbcbigTCxkTumI72pQ90kW9PBbqj1Q_nPhxahFDfspzTyhdwxnI9YKUTEcdMu10CmtGndNGF1meZfbmUNjPD-uzLgS68El_GoEeFCHg7Dx78M/s1600/keluarga.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" anak="anak" bersama="bersama" border="0" cucunya="cucunya" dan="dan" didi="didi" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5697483953933482642" ketiganya="ketiganya" menantu="menantu" pernikahan="pernikahan" prof.="prof." putri="putri" saat="saat" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9bHBgrfNfyX0pcLoQ1c1k3Rir7Af3KVAbcbigTCxkTumI72pQ90kW9PBbqj1Q_nPhxahFDfspzTyhdwxnI9YKUTEcdMu10CmtGndNGF1meZfbmUNjPD-uzLgS68El_GoEeFCHg7Dx78M/s400/keluarga.jpg" style="float: right; height: 300px; margin: 0px 0px 10px 10px; width: 400px;" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Saat pernikahan putri ketiganya di Aula Pusdikajen AD, Lembang</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Didi menikahi teman seangkatannya di FKSS IKIP Bandung, Dwi Harini, pada tahun 1984, ketika dia masih duduk di Semester V. Kini dikaruniai 5 orang putra: M. M. Luqman Abdurrohman, S.IP (Alumni FISIP UNPAD, 2009 dan kini sedang menyelesaikan program magister dalam Bidang Pendidikan Nonformal di STKIP Siliwangi Bandung), M. M. Feisal Abdullah, S.Ked. (Fakultas Kedokteran UNPAD, 2010 dan kini tengah menyelesaikan program internship di RSHS), Atqiyyah Sarah Nurilhaque (Alumni SMAN 6 Bandung), Sumayya N. Aulia-ul-haque (Siswa SMAN 1 Lembang), dan Azkiah Khodimatul Haque (Alumni SMPN 15 Bandung), serta seorang menantu Hana Hadianah, S.Pi. (Alumni FP UNPAD, 2009) dan seorang cucu, Aisha Humaira Abdurrohman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ucapan orang tua merupakan untaian do’a buat anaknya. Ucapan “kalau sudah waktunya, ke Bali pun kaucapai” terbukti, bukan saja berkunjung ke Bali, Didi pun mencapai mancanegara berkat kegiatan akademik dan penelitiannya. Sementara ucapan sang ayah, “boleh sekolah hingga mentok” pun menjadi kenyataan. Program Pascasarjana (S2) ditempuh Didi di Australia, tepatnya di Faculty of Education the University of Melbourne (1992-1993, Wisuda in absentia 1995). Gelar akademik tertinggi yakni Program Doktoral (S3) di UPI Bandung lulus 2005. Penghargaan tertinggi di bidang akademik sebagai guru besar (profesor) diraih berdasarkan Surat Keputusan Mendiknas RI, Bambang Soedibyo (2009). Dalam pengukuhan sebagai guru besar, Prof. Dr. H. Didi Suherdi, M.Ed membawakan pidato berjudul “ARTS: Seni Memutus Mata Rantai Potret Buram Pendidikan Bahasa Inggris di Sekolah.” **** (Dadan Wahyudin/”SD”)</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQ8yk_crOTEvZeLv91EZv5Do32NEVucYCwgNMPPO7VsD_aw1V14HX65jScLoiLR7q1_WhSDrphm3nN_X6ioIRSJRVsDbmba40hmTCRHZ_9igFN2JO9sZr2jnr839GHO_5BSAjtgCV-VAM/s1600/profil_hdidi2.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQ8yk_crOTEvZeLv91EZv5Do32NEVucYCwgNMPPO7VsD_aw1V14HX65jScLoiLR7q1_WhSDrphm3nN_X6ioIRSJRVsDbmba40hmTCRHZ_9igFN2JO9sZr2jnr839GHO_5BSAjtgCV-VAM/s400/profil_hdidi2.JPG" width="306" />D</a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVazD_xbmwokX0u_cFyZFohyphenhyphen3RpPZBCNkURJFsoC69sIGJOcrQIWwe-xGpuRv5-fqvaNV4UuC-U-lmF799S_J0v4hF2J-7lmziPE8nJTQBLsZkIwwp-_AItfUcQ4rsgTFQ_A324zm79gw/s1600/profil_hdidi3.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVazD_xbmwokX0u_cFyZFohyphenhyphen3RpPZBCNkURJFsoC69sIGJOcrQIWwe-xGpuRv5-fqvaNV4UuC-U-lmF799S_J0v4hF2J-7lmziPE8nJTQBLsZkIwwp-_AItfUcQ4rsgTFQ_A324zm79gw/s400/profil_hdidi3.JPG" width="296" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
Dokumentasi versi Cetak</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
Catatan:<br />
Dadan Wahyudin, <br />
<span style="font-style: italic;">Adik kelima Prof. Dr. H. Didi Suherdi, M.Ed, sedang mengikuti Pendidikan Magister (S2) di Unsur Cianjur. Penulis feature yang beberapa karyanya dimuat di Kompas, PR, Intisari, Galamedia, Mangle dan Majalah Suara Daerah. Profil ini dimuat di Majalah Suara Daerah PGRI Jawa Barat, No. 476 Tahun 2011</span>Dadan Wahyudinhttp://www.blogger.com/profile/13806924166896026470noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5491515280978714757.post-67491875449884252132010-12-01T21:00:00.000-08:002010-12-01T21:06:06.831-08:00Didi Suherdi: Bahasa Ibu, Pikiran Rakyat, Apa dan Siapa, 2 Des 2010<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3OizJxD1wZE1w7iELeIj3Cf_XNWoFN7blx3p452tcGJuf6xLX7i4Oi-XpSKpi2wcqr7IoY3B0U9GXZS8sF2Dakn-AHxtYVMqfJHIpmQ6Erk0qmNPGrNRSuPArHesl4piop3o2-mbT4pQ/s1600/prof.+dr.+didi+suherdi.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 88px; height: 116px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3OizJxD1wZE1w7iELeIj3Cf_XNWoFN7blx3p452tcGJuf6xLX7i4Oi-XpSKpi2wcqr7IoY3B0U9GXZS8sF2Dakn-AHxtYVMqfJHIpmQ6Erk0qmNPGrNRSuPArHesl4piop3o2-mbT4pQ/s400/prof.+dr.+didi+suherdi.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5545946629268517602" /></a> <br /><br /><br />SEBAGAI guru besar metodologi pengajaran bahasa Inggris Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Prof. Dr. Didi Suherdi, M.Ed. (48) sering menjadi pembicara pada seminar nasional dan internasional. Didi menekankan pentingnya penggunaan bahasa ibu dalam pendidikan usia dini agar anak bisa cepat mengenal budayanya tanpa kendala bahasa. "Namun, bahasa ibu itu bukan bahasa daerah. Bahasa ibu adalah bahasa yang pertama kali dikuasai anak. Di Lampung bisa saja bahasa ibunya bahasa Jawa kalau memang mereka berasal dari Jawa," ujarnya seusai menjadi pembicara di Jakarta, 3 November 2010.<br /><br />Suami Dwi Harini (48) dan ayah lima anak ini adalah sarjana bahasa Inggris IKIP Bandung 1985. Pendidikan master ditempuhnya di Universitas Melbourne dan lulus 1995 dalam bidang TESOL (Teaching of English to Speakers of Other Language/pengajaran bahasa Inggris bagi pengguna bahasa lain). Gelar doktor diraihnya dari UPI pada 2005. Pada Juli 2009, gelar profesor disandang pria kelahiran Subang, 1 November 1962 ini.<br /><br />Menurut dia, generasi muda harus menjadi multibahasawan. Untuk itu, bahasa-bahasa harus diajarkan secara tertib. Tidak mengorbankan kesempatan anak untuk berpikir dan berkomunikasi secara kritis. "Pembelajaran yang mengabaikan literasi bahasa ibu karena ingin segera mengajarkan bahasa kedua dan bahasa asing, akan merugikan anak dalam perkembangan berpikir serta perkembangan bahasa kedua dan bahasa asingnya," ujar Didi. (Imam J.P./"PR")***Dadan Wahyudinhttp://www.blogger.com/profile/13806924166896026470noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5491515280978714757.post-89951786547956628462010-09-15T15:45:00.000-07:002010-10-01T04:08:18.494-07:00Silaturahim Idulfitri 2010 (Tanjungsiang dan Pagaden)Catatan Dadan wahyudin, Ketua Acara Silaturahim Idulfitri 1431H (I)<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Matahari belum sempurna terbit. Di temaram pagi, berkelebat sepeda motor supra X 125 Nd buatan tahun 2009 meninggalkan bilangan Tanjungsari menyusuri jalan berkelok nan cantik daerah Rancakalong. Itulah aku membonceng anak pertama dan kedua sengaja membelah kesunyian di pagi buta.</span><br /><br />Sengaja aku berangkat pagi, karena istri rencananya menyusul satu jam kemudian dengan angkot Tanjungsari-Rancakalong. Sesampai di Tanjungsiang balik lagi, menjemput istri di terminal Rancakalong, Sumedang ngirit jarak 15 kilometer. Seluruh keluarga Posindo tiba tepat jam 08.30, langsung berkemas membantu ibuku yang telah dulu menetap di Tanjungsiang menemani nenek yang terbaring lemah. Begitu kakak ketigaku, tengah asyik membungkus lemper persiapan siang nanti.<br /><br /> <a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0eRUluFokAEpfSXxf2od-GQTwyxw47PxANNlTPXy1EUd0mMF8l_tJ7MDkZrZ8yvBuKY8H9rhOpYtrE_EW5DGNwSarImdMAT5qi9WPx1yuEJ6xdpGkEqeCqiDNF_JfXLNtdYxSjeQBfSg/s1600/yani+makan.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 400px; height: 267px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0eRUluFokAEpfSXxf2od-GQTwyxw47PxANNlTPXy1EUd0mMF8l_tJ7MDkZrZ8yvBuKY8H9rhOpYtrE_EW5DGNwSarImdMAT5qi9WPx1yuEJ6xdpGkEqeCqiDNF_JfXLNtdYxSjeQBfSg/s400/yani+makan.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5517275937722586306" /></a><br /> <br /><br />Lebaran kali ini, sengaja kami bagi dua tempat. Pertama, sepeninggal Ayah (April 2010), ibu lebih sering tinggal di Tanjungsiang, menemani nenek (kami panggil) yang usianya sudah sepuh. Berkaca tahun 2009, akibat tidak terkoordinir acara di tahun lalu gagal.<br /><br />Tak salah bila seluruh Keluarga Besar H. Handi Junaedi (selanjutnya disebut: KBHJ) kami konsentrasikan ke Tanjungsiang sekaligus menengok nenek yang terbaring lemah. <br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIIJU2pJvqHwFZlYMX7AnB9n-QqGoeommbBI0YiyzrjT7XcLifsqs_Cy4eEM1wyUP3Ma_SDnxAnuDnpLwhFHgp1ZaD_tMVvA4hWNalaU5qKa_L9pU6ZaTZUidi7reqcK3_Eo0OvL6ZkE4/s1600/gadis+di+tjsiang.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 214px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIIJU2pJvqHwFZlYMX7AnB9n-QqGoeommbBI0YiyzrjT7XcLifsqs_Cy4eEM1wyUP3Ma_SDnxAnuDnpLwhFHgp1ZaD_tMVvA4hWNalaU5qKa_L9pU6ZaTZUidi7reqcK3_Eo0OvL6ZkE4/s320/gadis+di+tjsiang.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5517276747942542642" /></a><br /><br />Alhamdulillah, seluruh keluarga bisa berkenan hadir. Giliran ketiga, keluarga H. Didi tiba diikuti Keluarga H. Cecep dan Inggit. Terakhir keluarga H. Edi S dan H. Ade Muhtar. Kecuali keluarga H. Hariman (dari Surabaya) tidak sempat hadir, kecapaian akibat macet melelahkan bertolak dari Surabaya. Bukan saja bisa bersilaturahim dengan nenek kami juga berjabat tangan sesama saudara sengaja kumpul.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyrCzuFnnsuuWFeu_y-83JYvlZeFZW4xtlsJPvJmyUl7CrfJhehCdH8M-SK7-EB7S4Pu8j4rE47okrNXDc5e30o6zxuQpWezanv0B9cE0ZYv_9NxNqBuc8bDoEsFG6MW5TCjdk2OW48uM/s1600/kel+mang+abas.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 214px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyrCzuFnnsuuWFeu_y-83JYvlZeFZW4xtlsJPvJmyUl7CrfJhehCdH8M-SK7-EB7S4Pu8j4rE47okrNXDc5e30o6zxuQpWezanv0B9cE0ZYv_9NxNqBuc8bDoEsFG6MW5TCjdk2OW48uM/s320/kel+mang+abas.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5517277628336822786" /></a><br /><br />Sesuai arahan Panitia, tiap keluarga membawa makanan dan konsumsi masing-masing. Kami pun makan diselingi tawa canda melepas kemenangan dan kebahagiaan. Panitia menyediakan 30 butir kelapa muda berikut tim pengupasnya. Begitu pun kolam pancing dan bakar ikan sengaja disiapkan. Hemmh,..Semua menambah semarak suasana.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbvOzUmbBahdd5wMxksCjeAytiqtYY91oh69HQWnkFSdEA3r7C9KbKoaeG2tPl4Ks-0bcqz1Xe8dmnW2XBRkmNRWUtt8NNfad28vZ8m4S-iUn62Dwe2FmLn5ik1aSDsKtwK5BUmU2PtwY/s1600/apan_yaya+mancing.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 400px; height: 267px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbvOzUmbBahdd5wMxksCjeAytiqtYY91oh69HQWnkFSdEA3r7C9KbKoaeG2tPl4Ks-0bcqz1Xe8dmnW2XBRkmNRWUtt8NNfad28vZ8m4S-iUn62Dwe2FmLn5ik1aSDsKtwK5BUmU2PtwY/s400/apan_yaya+mancing.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5517276351535429954" /></a><br /><br /> <br /> <br /><span style="font-weight:bold;"><br />Silaturahim KB Mbah Madkosim 2010</span><br /><br />Esoknya sesuai schedule, Minggu (12/9) kami mengadakan silaturahim tingkat KB Madkosim (kakek nenek dari ayah) mengambil tempat di rumahku. Mengapa diadakan terpisah? Karena untuk mencapai tanjungsiang, kami kesulitan transportasi dan sarana. Kedua, ikatan emosional dalam keluarga dari ayah tentu kurang menyentuh, karena basis peserta ini adalah di Pagaden.<br /><br /> <a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhioZcBP0Ls0s9Hj1Ni5c-6zBybGDGVizCanY_J2HVe1CKPOWIdNCE_DodU_YYmBOuCOHHWJNOQXWDlcdhehFkmQS2dY6pDmZeR9GtTpd47PnQ3igXPmkgwNXeio9SFt6f2vCEYOaBL2jQ/s1600/elin+inggit+kelapa.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 214px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhioZcBP0Ls0s9Hj1Ni5c-6zBybGDGVizCanY_J2HVe1CKPOWIdNCE_DodU_YYmBOuCOHHWJNOQXWDlcdhehFkmQS2dY6pDmZeR9GtTpd47PnQ3igXPmkgwNXeio9SFt6f2vCEYOaBL2jQ/s320/elin+inggit+kelapa.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5517277929992202098" /></a><br /><br /><br />Kami adakan terpisah, agar acara bisa diadakan penuh konsentrasi dan makna. Kami tidak ingin mengadakan acara dalam suasana kelelahan atau terjebak macet, sehingga gregetnya kurang.<br /><br />Acara ini meski tidak semeriah tahun 2008, tetapi dihadiri seluruh keluarga putra/i Mbah Madkosim, seperti Bapak Muslim, Bapak Sualeman, Ibu Armi, Ibu Junaesih, Ibu Maryati dan Ibu Sopiah. Di kalangan generasi cucu, Endang dan Didin (Muslim) hadir, Begitu pula Eni Roheni, Ade Rohedi/Ayu, Entin Rohetin/Asep Yusup (Armi) hadir. Keluarga almr Bp H.Handi mewakilkan pada Dadan/Ajka, Pupu/Wawan, Tati/Hari, dan keluarga Ade Muhtar. Sementara Uung/Ikoh, Aris/Wiwin dan Wati (Sualeman) ada. Di KB Sopiah, Nandang, Nunung/Tori, Ega, Ikbal. Di KB Junaesih, ada Erus/Dede, Yuli, Titi, Miftahul Hikam, Hanafi. Dan KB (Hasan-Maryati) dihadiri Agus saepudin, Andi Lala, Agus/Ela, Riki, Kamal. Artinya setengah keluarga mewakili hadir.<br /><br />Kurang meriah dalam jumlah personil, dikarenakan KB Lembang (H. Didi terlambat, H. Cecep) absen. Ini [pengaruh signifikan dalam urusan personil. Kedua, KB Cijerah (H. Edi, Inggit) urung sehingga ketidakhadiran empat KB menyedot jumlah kehadiran peserta.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBK5DuMFouBThGnREOTefoB0OOze0Niv71CYji10vYUQbHBw76OU2iIxWiDvVatRIvWm2iXJ5e8NJtKi82_s3ODZ2w91yrhyFUZR0bw07G3YkdQL3vSzK2vM3mAAtJTYq9NVek9KVlZoc/s1600/muslim_kamal.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBK5DuMFouBThGnREOTefoB0OOze0Niv71CYji10vYUQbHBw76OU2iIxWiDvVatRIvWm2iXJ5e8NJtKi82_s3ODZ2w91yrhyFUZR0bw07G3YkdQL3vSzK2vM3mAAtJTYq9NVek9KVlZoc/s320/muslim_kamal.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5523031010735429826" /></a><br /><br />Tetapi secara keseluruhan acara berlangsung khidmat dan menarik. Didahului acara masak bareng antargenerasi, sebuah kolaborasi sempurna antara Entin, Pupu Marfuah, Ni Eso, Ni Uju, Ni Ami, Wiwin, Ajeng, Nana dan Ceu Eni, ada Bi Ecin membuat ikatan silaturahim dan kedekatan amat terasa. Begitu pula dalam memasang tenda, tikar, sound system, doorprice, hingga shooting dan foto dilakukan oleh Cepi, hanapi, Adik, Teguh, Aris, Ikbal dan Didin. Ini pertanda positif. Acara silaturahim bukan sekadar datang dan pulang, tapi menyemai ikatan-ikatan kerukunan dan kebersamaan yang berangsur pudar.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxFdKbMDbZW2PLjCq8PAQRN2yZ2iIp3EDU8B0REI0hwlrMTaY-_D4ixdW-wG7w5bZAcrvvITLkSQtB7SvmLVuPY1V6XFtBMywuFZNTBtOBF78bdPzYd1DjjzBBZWCWM30wvcp_jzvjRVE/s1600/ajeng_masak.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxFdKbMDbZW2PLjCq8PAQRN2yZ2iIp3EDU8B0REI0hwlrMTaY-_D4ixdW-wG7w5bZAcrvvITLkSQtB7SvmLVuPY1V6XFtBMywuFZNTBtOBF78bdPzYd1DjjzBBZWCWM30wvcp_jzvjRVE/s320/ajeng_masak.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5523030278536082802" /></a><br /><br />Ajang ini pula merepresentasikan bahwa acara silaturahim KB Madkosim tidak pudar hanya ketidakhadiran Bapak H. Handi Junaedi (meninggal April lalu), sebagai sosok pemotivasi dan pemersatu. Ternyata, dengan kolaborasi dan bahu membahu, acara bermodalkan 145 ribu rupiah ini dengan tanggung renteng ini mampu mendapat tempat di hati sanubari seluruh peserta. <br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimxmdDp1NP00NmXCf9E8VvCasu_uK4kTSBZtHwhfxedLu4zOOYAxDSfZIjUm7H5geSZvkB3L9-QPHtNz43hdrik38C_0KCRk1vdUKa8CGgUwngQ05SX5VYuBKQF-DgGGMAp3o5qSE6qv0/s1600/andi+riki.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimxmdDp1NP00NmXCf9E8VvCasu_uK4kTSBZtHwhfxedLu4zOOYAxDSfZIjUm7H5geSZvkB3L9-QPHtNz43hdrik38C_0KCRk1vdUKa8CGgUwngQ05SX5VYuBKQF-DgGGMAp3o5qSE6qv0/s320/andi+riki.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5523032622908338306" /></a><br /><br />Harapan Panitia, agar masing-masing anggota dapat menyisihkan sebagian waktunya demi acara tidak satu tahun sekali ini diadakan. Kerelaan menyisihkan waktu, tenaga dan pikirannya semoga dibalas Alloh SWT dengan pahala berlipat dalam rangka melanggengkan silaturahim, media berbagi dan menjalin kerukunan...<br /><br />Panitia mohon maaf, atas segala ketidaknyamanan dan keterbatasan. Semoga di tahun depan, dapat diadakan lebih semarak dan bermakna... (**)<br /><br /> <br /><br />Pagaden, 12 September 2010Dadan Wahyudinhttp://www.blogger.com/profile/13806924166896026470noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5491515280978714757.post-47505743775817423812010-09-15T15:33:00.000-07:002013-08-29T06:23:45.345-07:00Nenek Aminah, Pulang dengan Ketulusan Anak Cucunya<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: bold;">SAAT mendapat status dari adikku Ade M di Grup KBHJ, sontak saya langsung memutuskan acara silaturahim tingkat KBHJ dilangsungkan di Tanjungsiang. Biasanya saya tergolong alot, minimal saya melakukan "Pooling Peserta". Bukan apa, saya tidak mau dianggap egois, otoriter atau diktator hehehe... Seperti penentuan Silaturahim sebelumnya, saya lemparkan Pooling di fb ini terlebih dahului untuk menjaring aspirasi dan usul peserta.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat itu tidak, saya bergerak. Seluruh peserta keluarga besar di SMS, dan tidak ada jawaban. Biasanya suka ada setuju atau tidak setuju. Kalau begitu OKe. Saya hubungi ibu, sebagai tokoh kunci, saat lebaran nanti ada di mana?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Karena ayah tidak ada, Emih akan ke Tanjungsiang" kata ibu lirih. Ibu berangkat lebih dahulu, diantarkan oleh cucunya. Kasihan nenek sudah lama terbaring lemah. Maksudnya, biar ibu punya waktu lama, soalnya esoknya ada Silaturahim keluarga Ayah di Pagaden. </div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfrySqEzsqyLha86XBhLsZBuMkgNRcK6_GgKFx2YHYoERoegvcJjU56Ab4bPd6OMgRfRqhbeOFFLlQou2waz3aaNc318qd02n6GhwhyphenhyphenWkHmJh5UwLwad7_3BhP7e654wADuvc6sSukLb8/s1600/dimar_rmh+nenek.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5517273069629924050" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfrySqEzsqyLha86XBhLsZBuMkgNRcK6_GgKFx2YHYoERoegvcJjU56Ab4bPd6OMgRfRqhbeOFFLlQou2waz3aaNc318qd02n6GhwhyphenhyphenWkHmJh5UwLwad7_3BhP7e654wADuvc6sSukLb8/s400/dimar_rmh+nenek.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; display: block; height: 267px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nenek Aminah, adalah ibunya ibuku, atau nenek kami. Usianya sudah udur. Bila ibuku sekarang berusia 66 tahun, dengan asumsi nenek menikah di usia 16 tahun, maka nenek diprediksi berusia 82 tahun. Satu sifat nenek yang kukagumi, ditengah keterbatasan pantang untuk bergantung pada orang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya mengenal seorang pekerja keras dan mandiri. Nenek membesarkan anak-anaknya single parent, setelah kakek meninggal dunia saat putra-putrinya masih kecil. Dulu sewaktu saya kecil, nenek bekerja di sawah dan kebunnya. Di pinggir rumah terbuat dari bilik bambu, nenek memelihara ayam dan entog juga ikan. Saya suka dimasakin ikan langsung disirib oleh nenek. Hemh, sebongkah kebersamaan dan kenangan indah bersama nenek...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diusianya sepuh dan ketidakberdayaan fisik, nenek diberi pikiran jernih dan daya ingat yang tinggi. Ia hapal cucu-cucunya termasuk perilaku lucu-lucu dari cucu-cucunya. Dalam kondisi lemah, nenek berusaha menjamu setyiap tamu yang datang. Sebuah teh lama tidak dimasak (maklum nenek seorang diri), mencoba diberikan sebagai penghormatan kepada tamu termasuk kami.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Naaa, teu aya nanaonnnn atuuh. Karunya tamu teh teu disuguhaannn..." begitu logat nenek selalu kami kenang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam setahun ini kondisinya menurun. Nenek hanya bisa berbaring. Tinggal seorang diri di rumah tuanya. Untunglah, Bi Kokom, satu putra nenek rumahnya masih di sekitar kampung sana. Ia telaten merawat nenek. Begitu pun ibu, bolak-balik Bandung-Tanjungsiang turut merawat dan membiayai kehidupan sehari-hari nenek.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari itu, Sabtu (11/9), sehari setelah Idulfitri, rumah nenek menjadi hangat. Maklum sengaja, kami menggelar puncak silaturahim tingkat KBHJ di sini. Seluruh cucunya dari keluarga ibu berkenan hadir. Acara Silaturahim ini menjadi istimewa, kerena adik ibu (putra kedua nenek), Bi Edah dan Iman, putranya, sengaja terbang dari Sintang Via Pontianak (Kalimantan Barat) berkesempatan hadir di rumah nenek. Begitu juga saudara-saaaudara ibu, Mang Abas dan Bi Kokom ikut hadir di Tanjungsiang. Kami pun bersalaman saling bermaafan dan sungkem pada nenek.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Siangnya, aku harus menuju Pagaden karena esoknya Silaturahmi dari Keluarga Ayah (KB Madkosim) bakal digelar. Aku termasuk Ketua Acara itu. Jam 15.00, aku paling akhir pergi. Salat Asar di Cilameri, saya ketemu A Edi dan Ade Muhtar. Langsung ke Pagaden bebenah mempersiapkan sesuatu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Esoknya Hari H (12/9) acara silaturahim sukses digelar. Hampir 100 orang menghadiri acara. Sepeninggal ayah, sesepuh berganti ke Bapak Muslim memberikan sekapur sirih sambutannya. Dilanjutkan aki eman memperkenalkan satu persatu dan Kultum oleh da'i Cilik Juara Jawa Barat, Nisa (Kelas 4 SD). Woow memukau deh... Acara dilanjutkan pengundian Doorprice, pemutaran Video Silaturahim 2008 dan Makan Bersama. (Baca Silaturahim 2010, Mengapa diBagi dua tempat?")</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jam 13.10, Ibu dan teh Dwi (menantu putra pertama) tiba di Pagaden. Selang berapa lama, ditemani sopirnya Idham, Teh Dwi bersmaa putra/inya melanjutkan perjalanan ke Bogor, dalam rombongan ini Miftahul Hikam sama isterinya ikut. Sementara Aa Didi sengaja beristirahat, karena harus ke Bangkok dan Cina, beberapa hari ke depan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jam 22.00, Ibu mendapat kabar bahwa nenek di Tanjungsiang meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Innalillahi wainna ilahi rajiuun, Jam itu juga, aku membangunkan istriku dan anak-anakku, untuk segera menemani ibu meluncur ke Tanjungsiang. Selama ibu ke Pagaden, nenek ditemani Bi Edah, putra dari Kalimantan dan Keluarga Mang Abas hingga menghembuskan nafas terakhirnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nenek Aminah (Ma Enah) pada hari Minggu (12/9), pukul 21.30 meninggal dunia, meninggalkan 4 putra dan hampir 70 orang cucu. Bagi ibu, di tahun 2010 ini telah ditinggalkan 2 orang terdekatnya, suami (ayah kami) dan ibunya (nenek kami). Ibu sosok tegar dikenal orang sekelilingnya tempat meminta nasihat, tampak tegar dan jernih. Sebagai putra tertua nenek, ibu tampil paling depan dalam mengurusi pemakaman hingga hal-hal lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8va_ZbRf8TZbqsXmNoVa7zLu2s3vJk0XRNZ2pkd9tPtZNgavhZ6NB1ioyFq5c44rNfAb5QnEHbyB0fGoei7j2w7WZuEOLfiAFDQ-DPeKnWDEP6LmVzuM10_f-iZBWJqY2n-wwScaNTUM/s1600/a+didi+%2B+mpei.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5517273385492849346" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8va_ZbRf8TZbqsXmNoVa7zLu2s3vJk0XRNZ2pkd9tPtZNgavhZ6NB1ioyFq5c44rNfAb5QnEHbyB0fGoei7j2w7WZuEOLfiAFDQ-DPeKnWDEP6LmVzuM10_f-iZBWJqY2n-wwScaNTUM/s400/a+didi+%2B+mpei.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 267px; margin: 0 10px 10px 0; width: 400px;" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Untungnya, panitia menggelar acara di Tanjungsiang. Nenek Aminah telah berjumpa dengan seluruh putra dan cucu-cucunya," ujar Hj. Siti Maryam, satu cucunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nenek Aminah telah pergi di hari nan fitri membawa kesucian dan kesederhanaannya. Nenek sempat menyapa seluruh anak cucunya. Nenek sempat melihat kerukunan dan kekompakan diperlihatkan generasi belianya membuatnya tenang dan bangga. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nenek yang selalu ramah menyapa dan telah melahirkan insan-insan saleh dan salihat, cucu-cucu yang memberi kontribusi bagi negeri dan masyarakat. Semoga Alloh SWT melapangkan dan menerangi alam kuburnya, mengampuni segala khilaf dan dosanya, memberi tempat terhormat dan mulya...... (**)</div>
Dadan Wahyudinhttp://www.blogger.com/profile/13806924166896026470noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5491515280978714757.post-3324316100696429182010-09-05T14:54:00.000-07:002010-09-05T14:54:20.561-07:00Dokumentasi Kisah: Kenangan Diksar Kie W (BAGIAN 1): KIsah Satu Stel PDL<a href="http://danarsip.blogspot.com/2010/05/kenangan-diksar-menwa-1-5.html">Dokumentasi Kisah: Kenangan Diksar Kie W (BAGIAN 1): KIsah Satu Stel PDL</a><br /><br /><a href="http://http://danarsip.blogspot.com/2010/09/kompi-w-dalam-yon-iiunpad.html"></a>Dadan Wahyudinhttp://www.blogger.com/profile/13806924166896026470noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5491515280978714757.post-76981967637742323412010-07-31T16:17:00.000-07:002013-08-25T04:31:54.982-07:00Menyambangi Objek Wisata "Ciater" Kebanggaan Daerahku<br />
<br />
Hari Minggu, 25 Juli 2010, tepat jam 07.00, dua bus parawisata AC "Jayalangit" meluncur menuju Kawasan Ciater. Bus sengaja melalui gerbang tol Cileunyi untuk menghindari kemacetan di sekitar Samsat atau Gasibu dan keluar di pintu tol Pasteur.<br />
<br />
Hari itu warga Citra - Cinunuk mengadakan acara refresing ke kawasan obyek wisata Ciater Kab. Subang. Acara ini difasilitasi sepenuhnya oleh Panitia. Semua akomodasi, transportasi dan tiket masuk, serta suguhan snack ditanggung Panitia. Waaah....mimpi baik nih...<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiR0-wdeytOFuUFDXt_plJpbEGWcnylG2C9av2vJf7tryFeL3XgBc8-tFHNRhVKkOphfEdHUnVUs_bTGT6m7Xt6DyxcNOohnw2gDobsSxx3DFSLypM5eyYdClw79JjKSlGFV8CfvYjBlMs/s1600/ciat_bisdede.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5500232165795568658" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiR0-wdeytOFuUFDXt_plJpbEGWcnylG2C9av2vJf7tryFeL3XgBc8-tFHNRhVKkOphfEdHUnVUs_bTGT6m7Xt6DyxcNOohnw2gDobsSxx3DFSLypM5eyYdClw79JjKSlGFV8CfvYjBlMs/s320/ciat_bisdede.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 98px; margin: 0 10px 10px 0; width: 130px;" /></a><br />
<br />
Berkunjung ke Ciater bagi saya, ibarat pulang kampung. Bagaimanapun saya lahir dan besar di Subang. Kawasan Ciater, tempat rekreasi favorit semasa anak-anak. Setiap kali Idul fitri, juragan mobil bak, suka "berbaik hati" menawarkan tumpangannya ke Ciater. Kebaikan itu dibayar dengan tarif yang kebetulan dimiliki anak-anak. Sesuai tradisi kami suka diberi uang lebih kalo puasaku tamat.<br />
<span style="font-weight: bold;"><br /><br />Berkah Gn. Tangkubanparahu</span><br />
Sudah menjadi fenomena sebuah gunung berapi memiliki magma yang panas di dalamnya. Batuan ini ibarat bara api yang terus panas. Tatkala air hujan meresap ke dalam tanah, air itu melewati bebatuan panas dan muncul menjadi sumber air panas yang mengalir. Jadilah aliran air terasa hangat sepanjang masa.<br />
<br />
Ternyata batuan magma memiliki kandungan zat-zat seperti belerang (Sulfur), kapur, dan zat lainnya yang berguna untuk kesehatan. Hal ini pula menjadikan wisata ke Ciater, bukan hanya menikmati alamnya yang elok dan sejuk, tapi wisata air kesehatan untuk menyembuhkan rematik, asam urat, penyakit tulang, atau penyakit kulit lainnya.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Objek wisata di Kab. Subang</span><br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3Gu32w3NQF6cnEcIKDhDD-rt4JFIL-CdHro_SxrMjg9lEbMdPGkrMJsUhdBbV-fui-SHISAeI2s8XB9BiHfQUL8sDurtx1ZLcKQ7QrJ81G-u8S_3UrJmgqimQ5lFJY-ykHeacTTfPU50/s1600/Kolam+Penangkaran+Buaya.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5500223892050053698" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3Gu32w3NQF6cnEcIKDhDD-rt4JFIL-CdHro_SxrMjg9lEbMdPGkrMJsUhdBbV-fui-SHISAeI2s8XB9BiHfQUL8sDurtx1ZLcKQ7QrJ81G-u8S_3UrJmgqimQ5lFJY-ykHeacTTfPU50/s320/Kolam+Penangkaran+Buaya.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 148px; margin: 0 10px 10px 0; width: 244px;" /></a><br />
Ciater, merupakan salah satu objek wisata diandalkan oleh Pemda Kab. Subang. Kab. Subang memiliki setidaknya 13 objek wisata selalu ramai dikunjungi wisatawan lokal juga mancanegara, seperti: Pantai Pondok Bali di Pamanukan, Air panas Batukapur di Curug Agung, Sagalaherang; Curug Cileat di Cisalak; Wisata Alam, Seni Budaya Desa Wisata Sari Bunihayu di Jalancagak; Desa Wisata adat Wangunharja; <br />
<br />
Di Kab. Subang ada juga Kolam Pancing Lembah Gn Kujang; Penangkaran Buaya Blanakan; Pantai Kelapa Patimban; Pacuan Kuda di Ciater Highland Resort, Capolaga Adventura Camp di Panaruban, Sagalaherang dan terakhir Obyek Wisata Kawah Tangkubanparahu dan Pemandian airpanas Ciater. Kawah Tangkubanparahu merupakan gawe bareng Pemkab. Bandung Barat dan Kab. Subang.<span style="font-weight: bold;"><br /><br />Objek wisata Air Panas Ciater</span><br />
Ciater atau Sari Ater, sumber mata air panas yang terdapat di beberapa lokasi di Ciater dalam bentuk kolam dan kamar rendam dengan desain yang unik, dengan luas areal 30 hektare dan pesona alam khas pegunungan, obyek wisata terbesar di Jawa Barat ini dilengkapi berbagai fasilitas wisata untuk bersantai dengan berendam di hangatnya air panas yang menyehatkan sembari menikmati keindahan alam di sekitarnya.<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjw2wEbUKGkjJw0j76ZLaDgLfQRZjeyEhAqUDlnH6I-9n6QhEqI3IQVgh0SSvHVTzjiHmS95JvFLcSQA4ClzJR_MK0M1r4gpFsXKKU4KQjt8iMPsFthemrv4oQgPOr_ZASkW4cmY6W7E7o/s1600/pintu+masuk+Ciater+High+Land.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5500232642480712546" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjw2wEbUKGkjJw0j76ZLaDgLfQRZjeyEhAqUDlnH6I-9n6QhEqI3IQVgh0SSvHVTzjiHmS95JvFLcSQA4ClzJR_MK0M1r4gpFsXKKU4KQjt8iMPsFthemrv4oQgPOr_ZASkW4cmY6W7E7o/s320/pintu+masuk+Ciater+High+Land.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 143px; margin: 0 10px 10px 0; width: 242px;" /></a><br />
Konon dahulu kala kawasan ini merupakan suatu hutan rimba yang banyak terdapat pepohonan yang dikenal dengan nama pohon ater. Menurut cerita yang beredar di masyarakat tempatan, suatu ketika ada seseorang yang mencoba memotong pohon ater itu, dan ternyata dari cabang pohon yang dipotong tersebut keluarlah air yang cukup deras. Fenomena ini tentu saja menjadi anugerah bagi masyarakat sekitar yang waktu itu sedang mengalami kesusahan akan air bersih. Pancaran air yang keluar dari pohon ater tersebut diyakini oleh warga berkhasiat untuk mengobati penyakit, terutama penyakit kulit. kemudian Pada sekitar tahun 1960-an, seorang bernama Embah Ebos yang dikenal sebagai orang sakti, memulai usaha pembukaan hutan di kawasan tersebut. Daerah yang semula dianggap angker itu diubah menjadi lahan perkampungan dan diberi nama Ciater yang artinya “air yang memancar”<br />
<br />
Banyak kegiatan menyenangkan yang bisa Anda sekeluarga lakukan di tempat ini, seperti bersepeda, berenang, memancing, berperahu dan mendayung, arung jeram, berkuda, tenis lapangan, basket, voli, mini golf, gokart, berkemah, outbond, wahana permainan anak-anak, jalan-jalan di perkebunan teh, hingga mengunjungi kerajinan keramik.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Acara warga</span><br />
Begitu tiba di Parkir Timur, kami langsung menempati tenda yang sudah dipesan sebelumnya. Pertama kali mengecek jumlah peserta. Kemudian perkenalan diri dan keluarga. Acara pun dilanjutkan permainan. Waah serunya....<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiR4qxHmtVTWHj_kyj5QKl5DRQO4pUwPgHmXRrv7bbt1fPWjcDEtwESrhLYaH67heT2WAh7RmyeCPJp6tW6_2wD4RsWCYw-Mc7jfyakkrYZTr-3RlcuVKd5IbAIWxJEraHjmlPLn8GYPYM/s1600/aria.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5500237646654436098" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiR4qxHmtVTWHj_kyj5QKl5DRQO4pUwPgHmXRrv7bbt1fPWjcDEtwESrhLYaH67heT2WAh7RmyeCPJp6tW6_2wD4RsWCYw-Mc7jfyakkrYZTr-3RlcuVKd5IbAIWxJEraHjmlPLn8GYPYM/s320/aria.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 130px; margin: 0 10px 10px 0; width: 98px;" /></a><br />
<br />
Selesai acara kami makan bersama. Kami saling tukar dan mencicipi. Diiringi gemericik air sungai yang mengalir melalui sela bebatuan, juga kicau burung hinggap di satu dahan ke dahan lain, makan pun terasa nikmat. Kami buang jauh-jauh kesumpekan, kepenatan dan kebisingan. Suasana amat tentram, damai dan syahdu.<br />
<br />
Tak terasa perut pun terasa kenyang. Panitia membolehkan kami menikmati acara bebas sesuka hati. Ada berendam, ada naik flyng fox, berkuda,naik bebek air, atau sekedar berjalan-jalan menghirup udara sejuk dan segar. Kabut tipis tak henti-henti menyelimuti daerah itu dari terik sinar mentari.<br />
Saya mengajak si kecil menikmati hangatnya air Ciater. Oh, anakku berusia 7 bulan sangat senang sekali. Berteriak-teriak girang.... Kaki berloncat-loncat manakala menyentuh air hangat... <br />
<br />
<br />
<br />
Seusai shalat dhuhur, kami berkumpul di tenda utama. Beberapa keluarga masih mencoba wahana bikin penasaran. Huuup..... anakku masih mencoba nai bebek air.... Mas Aria kayanya ncoba flying fox bikin jantung berdegup...<br />
<br />
Pukul 14.20 kami naik bus. Beberapa kawan mencoba memborong sekarung ganas. Nenas memang merupakan maskot alias oleh-oleh khas Subang. Sebagian membeli oleh-oleh lainnya. Bus pun akhirnya meraung meninggalkan Objek wisata tersebut.<br />
<br />
Tepat Pukul 15.30, bus berhenti di Tahu Tauhid, Lembang. Sebagian peserta mencoba melengkapi oleh-olehnya. Alamak, ngantrinya bikin stress. Beli tahu aja koq ngantri... <br />
<br />
Dalam suasana ngantri ini, kami sempatkan salat asar di Masjid BTN Pusdikajen, 500 meter ke arah timur. Di sini,di kompleks ajudan jendral, saya pernah tinggal selama 6 bulan di tahun 1990 semasa kelas 2 SMA. Karena kakak pertamaku tinggal di sini sejak 1989 hingga sekarang.<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0vDltBzFkWDkYwfpFZZJQG5HHMVQqr7hn7oAgM4sz9K_2L5PeAw5bOPIojlSitsCfrhXCWKYHRo3gnJWgwC1TriPmbxrXzcPNSJ3JRbw1IKvXRehBgNPsTdkSN9PSwHk4MkhJuS7NfKw/s1600/nenas.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5500240011723421874" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0vDltBzFkWDkYwfpFZZJQG5HHMVQqr7hn7oAgM4sz9K_2L5PeAw5bOPIojlSitsCfrhXCWKYHRo3gnJWgwC1TriPmbxrXzcPNSJ3JRbw1IKvXRehBgNPsTdkSN9PSwHk4MkhJuS7NfKw/s400/nenas.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: right; height: 103px; margin: 0 0 10px 10px; width: 137px;" /> (oleh-oleh khas Subang)</a> <br />
<br />
Akhirnya, setelah peserta siap....deru knalpot bus meninggalkan outlet tahu amat digemari wisatawan itu sekaligus kawasan Ciater dengan sejuta pesonanya. Selamat tinggal Ciater, Semoga bertemu di Objek wisata lainnya, yang tentunya tidak gratis lagi, bukan?<br />
<br />
Salam blogger,<br />
<br />
Dadan WahyudinDadan Wahyudinhttp://www.blogger.com/profile/13806924166896026470noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5491515280978714757.post-14085744613002547492010-07-13T16:51:00.000-07:002013-08-29T06:01:11.236-07:00Ke Jawa Yuk ... <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTcTqC7Lrn8NaZ_2QoPqoSfRd-Nzis79zjuMcfDmpOTg-mt67H9Jw9ZzO_jm2MJfhVd5JoOjqE8C72byFr2tsvK6jnURDSSA8MbLBhmWLVosEkmxTY3uO2v3bJC2gGDJy_pYioOR0MzrA/s1600/gad_sidoarjo.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5493556261173912594" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTcTqC7Lrn8NaZ_2QoPqoSfRd-Nzis79zjuMcfDmpOTg-mt67H9Jw9ZzO_jm2MJfhVd5JoOjqE8C72byFr2tsvK6jnURDSSA8MbLBhmWLVosEkmxTY3uO2v3bJC2gGDJy_pYioOR0MzrA/s320/gad_sidoarjo.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 240px; margin: 0 10px 10px 0; width: 320px;" /></a> by : Dadan Wahyudin<br />
<br />
Jawa Timur cukup jauh. Menyeberang DIY Yogyakarta atau Jawa Tengah. Tapi akhirnya menjadi daerah tujuan keluarga kami.<br />
<br />
Saya sendiri menginjakkan kaki di provinsi paling timur di pulau Jawa tahun 1991 persis saat liburan SMA. Saya ikut tour ke Wonosalam Jombang dari muda/i Bandung kulon. <br />
<br />
Yang kedua, sekitar tahun 1994, tour barokah bersama rombongan Sinsa Ujungberung tujuan Kediri. Saat itu ada asramaan Hadist Bukhori, Saya berjumpa adikku Ade M, sengaja datang dari Jakarta untuk ikut asramaan. Ketemu di Jawa.<br />
<br />
Ketiga adalah liburan spektakuler. Yaitu tahun tanggal 28 Juni s.d. 1 Juli 2009. "Keluarga Pagaden" dalam KBHJ dalam keluarga besar sengaja memborong satu bis parawisata besar "Vista" berjumlah sekitar 44 orang. Tujuannya berwisata sepanjang jalur dilalui, seperti: Wisata Bahari Lamongan (WBL), Pantai Kenjeran, Jembatan Suramadu, Pulau Madura, Museum Kapal Selam, Lumpur Lapindo, Mesjid Agung Surabaya, dan Borobudur serta menikmati Lotek Isah di Pagaden. Sambil menengok salah seorang adikku, bi Tati yang tinggal di Madaeng, Sidoarjo, Jawa Timur dua tiga pulau terlampui alias berwisata sekaligus. <br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Langganan </span><br />
<br />
Sejak anak sekolah di Jawa Timur, beberapa kali saya ke negeri bekas kerajaan terbesar di Nusantara, Majapahit. Karena sekolah bersama keponakan, kadang suka bergiliran mengantarkan. Sejak kelas 2 SMP, tidak pernah di antar lagi. <br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKinKnLLdU9u40hQABKjhaIOh4TLXpFMEvhFIt-b_CtOVM_t4HIAJEV6kM3H76qgBBEIeKKoe_rTDvUgPC3oAd4T0201ftsu0J7uzyRGvx8huq-CMH8Rk0atE5JsCRA3Mfg_gHwpJSnco/s1600/keluarga+dhiya+2.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5493563568872332402" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKinKnLLdU9u40hQABKjhaIOh4TLXpFMEvhFIt-b_CtOVM_t4HIAJEV6kM3H76qgBBEIeKKoe_rTDvUgPC3oAd4T0201ftsu0J7uzyRGvx8huq-CMH8Rk0atE5JsCRA3Mfg_gHwpJSnco/s320/keluarga+dhiya+2.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 256px; margin: 0 10px 10px 0; width: 320px;" /></a><br />
<br />
<br />
Saya masih inget saat akan mengantar anak ke Jawa. malamnya makan nasgor dan poto bersama di kompleks posindo. Tanggal 6 hingga 9 Juli 2010 saya mengantar anak dan keponakan ke Jawa. Kali ini naik kereta api yang baru diluncurkan, yaitu Kereta Api Malabar Ekspress. <br />
<br />
KA Malabar Express memang baru diluncurkan awal April lalu. Merupakan kereta api <span style="font-style: italic;">three in one</span> karena memuat kelas eksekutif, bisnis dan ekonomi seklaigus. Tiket eksekutif dan bisnis telah ludes sebelumnya. Pilihan pada kelas ekonomi plus.<br />
<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjO87J0Tfhj45vcCVypT59lurAyEFonYsFgnEUTARLMs1Owz4tN9J8fwgGlrWJccDoyXlzp8pdJeDt7d7Wex1DVqotgZi1I5RDdOvxf_qTQE9FOhA-WPzNQC3lTRxGHwEBMfwC_jf-xE8/s1600/gad_jombang.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5493557507750826738" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjO87J0Tfhj45vcCVypT59lurAyEFonYsFgnEUTARLMs1Owz4tN9J8fwgGlrWJccDoyXlzp8pdJeDt7d7Wex1DVqotgZi1I5RDdOvxf_qTQE9FOhA-WPzNQC3lTRxGHwEBMfwC_jf-xE8/s320/gad_jombang.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 240px; margin: 0 10px 10px 0; width: 320px;" /></a><br />
<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Ke Surabaya</span><br />
Di Surabaya tempat tinggal adikku, Ia tinggal di Madaeng, Sidoarjo. Kini keponakanku tinggal di Sidoarjo. Begitupula salah seorang mertua adikku tinggal di Madiun. <br />
<br />
Sejak saat itu, Jawa Timur bagian petualangan saya. Jalur utara via Lasem, Gresik, Sedayu, ke Surabaya pernah saya lalui. Pahala Kencana bus yang kutumpangi melalui Lasem, Tuban, Lamongan, Surabaya. Maupun jalur tengah, Yogyakarta, Solo, Madiun, Surabaya. Begitupula jalur kereta api, lintas selatan dan utara pernah dirasakan. Termasuk estafet naik bus umum berpindah-pindah, dari Jawa Timur ke Bandung merupakan pengalaman penuh kesabaran dan perjuangan. <br />
<br />
Jawa Timur .... (**)Dadan Wahyudinhttp://www.blogger.com/profile/13806924166896026470noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5491515280978714757.post-41512117944814330952010-05-25T19:17:00.001-07:002010-05-25T19:21:42.884-07:00Tentang Jalan Emosi<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfRviujdu_PP3uRQrQdHuHdjqLuX76JHPM-LXBqu1IqiocXs5I9hfryhS5qkfDPZuT8hqhWy7oFGboj6bhBKwM1RsJ0wQbQruc5CGE8LRjrjOc8Ih51z-QjfbFN8-zk7FL8CWG2n-h1Ys/s1600/edmar.bmp"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 98px; height: 112px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfRviujdu_PP3uRQrQdHuHdjqLuX76JHPM-LXBqu1IqiocXs5I9hfryhS5qkfDPZuT8hqhWy7oFGboj6bhBKwM1RsJ0wQbQruc5CGE8LRjrjOc8Ih51z-QjfbFN8-zk7FL8CWG2n-h1Ys/s320/edmar.bmp" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5475398182851662210" /></a><br />Share Sunday, 25 April 2010 at 23:43<br /><br />Ketika kau tahu betapa mudahnya bagi seorang remaja<br />Remaja layaknya kita semua menemukan rasa dan sulit tuk hilangkannya<br />Layaknya sebuah tsunami yang telah meluluh lantahkan bumi<br />Memang tak terlihat air lagi namun terlihatkah puing-puing luka di wajah mereka<br /><br /><br />Sama layaknya kita sebagai remaja<br />Remaja yang tak pernah tahu apa yang harus dilakukan<br />Ketika mereka putus asa<br />Apakah harus memotong jari-jari mereka<br />Menyiapkan tali lalu bergantung dengan leher di tali tersebut<br />Ataukah terjun bebas tanpa parasut dari sebuah sutet<br />Hanya waktu yang dapat tersenyum melihat akhir dari sebuah nyawa<br /><br />Ketika semua orang terdiam dan mentap takut<br />Seorang pemberani yang bodoh terjun bebas dari atas langit tempat menatap<br />Menghabiskan seluruh nafas yang tersisa tuk masuk ke dalam neraka<br />Pergi dan siap tuk dapatkan penderitaan yang lebih hebat<br />Salutkah kalian ?<br /><br />Semua yang terjadi hanyalah karena rasa<br />Rasa yang tak dapat kita mengerti sebagai remaja<br />Rasa yang semua orang kagumi<br />Rasa yang semua orang nikmati<br />Dan rasa yang semua orang benci<br /><br />Ketika mereka datang tak perlu kita beri surat tuk ia datang<br />Ketika ia pergi tak perlu kita menendang sekuatnya agar ia tak kembali<br />Lebah tak peduli dengan bunga yang indah ataupun buruk<br />Ia hanya merasakan madu mana yang ia akan dapatkan lebih banyak<br /><br />Hingga sekarang apakah remaja mengerti ?<br />Apakah remaja tak menyendiri ketika gagal akan rasa itu ?<br />Apakah mereka kembali ingin rasakan itu ?<br />Semua yang terjadi hanyalah karena emosi<br />Emosi yang kita kutuk<br />Emosi yang kita banggakan<br />Dan Emosi yang terdiam dan tertawa karena semua yang kita lakukan<br /><br />Penulis, Edmar Hoirurrijal, cucu, tinggal di CijerahDadan Wahyudinhttp://www.blogger.com/profile/13806924166896026470noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5491515280978714757.post-63586011306414229102010-05-25T18:31:00.000-07:002010-05-25T18:56:24.957-07:00PEMBELAJARAN 50 TAHUN PERNIKAHAN BAPAK DAN EMIH<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimdQp95Yle_ElrZPcC9HbTWE8r7EOaDcEXZf4kn18yx2Er_XA6LjvGcZsTh_U6N-E1dQHY_pFvG_P8HO4UAqWsD50qLekw-AAEhQJRqtLgEi6jdido48Fit0q91hH52LpgK9WpQgPr6Dw/s1600/emih+tati.bmp"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimdQp95Yle_ElrZPcC9HbTWE8r7EOaDcEXZf4kn18yx2Er_XA6LjvGcZsTh_U6N-E1dQHY_pFvG_P8HO4UAqWsD50qLekw-AAEhQJRqtLgEi6jdido48Fit0q91hH52LpgK9WpQgPr6Dw/s320/emih+tati.bmp" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5475391581369095138" /></a><br />Oleh: Hj. Tati Rahmayati <br /><br />Dengan izin Alloh SWT, insya Alloh pada Rabu, 24 Februari 2010, usia pernikahan Bapak H. Handi Junaedi dan Emih Hj. Suaebah genap 50 tahun. <br /><br />Tentu, ajaran Islam tidak mengenal perayaan ulang tahun. Tapi ada makna terpancar dari perjalanan panjang yang telah dijalani Bapak dan Emih sebagai nasihat dan pembelajaran cukup dahsyat dan menggugah bagi kita sebagai generasi selanjutnya tentang bagaimana rahasia meracik kehidupan rumah tangga Bapak dan Emih bisa kokoh, dinamis dan inspiratif.<br /><br />Bagi saya yang genap 10 tahun (Nopember 2009 nanti) membangun rumah tangga sangat terinspirasi oleh perjalanan Bapak-Emih dalam motivasi, memberi energi positif dan mutawarik. Sosok keluarga dibangun bersahaja, optimis, terbuka dan hati-hati.<br /><br />Kalau dicermati membangun rumah tangga itu bisa gampang dan susah. Bila diibaratkan seorang nakoda kapal dibantu asistennya, di samping harus pandai membaca arah tujuan, juga harus mampu memberi ketenangan dan kenyamanan kepada seluruh penumpang, sehingga kapal dapat berlabuh dengan selamat. Dalam perjalanan, kadangkala biduk pun terombang-ambing oleh terpaan angin taufan atau gelombang, bahkan kegaduhan di kalangan penumpang bisa mengganggu perjalanan. <br /><br />Akan tetapi, bila masing-masing kru kapal egois, ingin tampak lebih superior dan tidak mau mengalah, niscaya kapal bisa karam sebelum menjangkau dermaga. Begitu pula rumah tangga karena hakikatnya menyatukan dua karakter individu berbeda. Hal itu bisa dilewati Bapak-Emih sehingga mampu melahirkan putra/i yang cerdas, taat, dan religius. <br /><br />Perjalanan mengasuh, mendidik, dan merawat 8 putra/i, di tengah segala keterbatasan dan hambatan, Bapak-Emih bisa membebaskan tradisi kolot yang membelenggu masyarakat dulu. Bapak dan Emih sekuat tenaga memasukan putra/i nya ke sekolah formal, juga dijalur informal seperti: pengajian dibarengi sentuhan-sentuhan teladan sehingga menjadi cermin bagi kami. Cermin bagi sekitarnya.<br /><br />Kesabaran, keteguhan dan ketelatenan begitu membumi. Tak pernah sekalipun raut wajah Bapak dan Emih merefleksikan rona marah atau kecut, tetapi selalu tersenyum menandakan rasa optimis luar biasa. Saya sendiri tak pernah mendengar perselisihan, percekcokan atau ungkapan nada tinggi yang terlontar. <br /><br />Kalaupun ada sesuatu tidak suka, Bapak dan Emih lebih memilih diam, bukan mencerca, menghina atau mengumpat. Dengan begitu, segala riak kembali sejuk. Subhanalloh....<br /><br />Itulah mahakarya pembelajaran bagi saya khususnya, juga bagi saudara yang lain untuk tak segan menimba pengalaman sebagai cermin bagi kita. <br /><br />Tati Rahmayati, <br />tinggal di Surabaya.<br /><br /><br />Sumber; Booklet KBHJ, Edisi Juni 2009Dadan Wahyudinhttp://www.blogger.com/profile/13806924166896026470noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5491515280978714757.post-48093387050699003952010-05-25T18:15:00.000-07:002010-05-25T18:27:42.830-07:00MENGGAGAS KETAHANAN EKONOMI DALAM KBHJ<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgf08TOegC_WIJVrU-TFwwC4ZrcRDopoNwRWxwlDeb1hGY3KCpaLnR750nZfIaGQquXR74f_XvTQAUw9ffMOQIJEwcICZ3rqAP95mOvzWAz_LwkHVe_zbaumICXZ5TKr354kqJzkWsLrc8/s1600/ade+m.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 130px; height: 96px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgf08TOegC_WIJVrU-TFwwC4ZrcRDopoNwRWxwlDeb1hGY3KCpaLnR750nZfIaGQquXR74f_XvTQAUw9ffMOQIJEwcICZ3rqAP95mOvzWAz_LwkHVe_zbaumICXZ5TKr354kqJzkWsLrc8/s320/ade+m.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5475383739637774978" /></a><br />oleh: H. Ade Muhtar<br /><br />Awal Agustus 2008, kita mendapat khabar gembira dengan pernikahan Luki, 5 Agustus 2008. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga besar orang tua kita, Bapak H. Handi Junaedi dan Ibu Hj. Suaebah telah menginjak ke generasi ketiga dan membuktikan betapa besar potensi dimilikinya.<br /><br />Kabar sejuk lainnya adalah diterimanya Edisty di Farmasi ITB (kemudian memilih STAN Jakarta) dan Novita di Jurusan Bahasa Daerah UPI Bandung. Sebagai pertanda bahwa di masa mendatang akan lahir tambahan akademisi sehingga kian warna-warni. <br /><br />Jika mulanya, keluarga kita mengarah pada dunia pendidikan dengan tampilnya generasi awal sebagai guru, dosen dan pakar pendidik, tren perkembangan kini amatlah berbhineka. Dalam sepuluh tahun ke depan bolehlah kita berharap, dalam KBHJ telah memiliki dokter, apoteker, ekonom, arsitek, jurnalis, pengusaha atau profesi lainnya.<br />Potensi besar tsb tentu sangat baik apabila dikelola dengan semangat kekeluargaan untuk memajukan keluarga besar kita khususnya maupun masyarakat umumnya. Syukur alhmadulillah gayung pun bersambut, rencana pendirian Usaha Bersama (UB) dalam keluarga besar kita telah terealisasi dengan berdirinya: Lotus Digital cabang Gg. Cempaka UPI Bandung, kemudian bermetamorfosa men-jadi UPIANA.<br /> <br />Kita berharap, UPIANA hanyalah suatu awal dari perjalanan panjang ke depan, karena kita menyadari bahwa tantangan ke depan semakin beragam dan semakin berat. Sebagai ilustrasi di bidang ketersediaan tenaga kerja, jika di tahun 1980-an, kakak kita H. Didi Suherdi dan Hj. Siti Maryam demikian mudahnya mendapatkan pekerjaan sebagai PNS, tidak demikian dengan generasi berikutnya. Setidaknya kita telah mempersiapkan suatu lapangan kerja yang dapat bermanfaat bagi keluarga kita maupun masyarakat pada umumnya.<br /><br />Kita tentu sepakat bahwa kita tidak menjumpai kesulitan berarti saat kita menyelesaikan sedemikian rumitnya soal-soal dari SD hingga bangku kuliah. Kemampuan menyelesaikan masalah tersebut akan sangat berarti lagi jika kita mampu dapat bermanfaat bagi lingkungan, masyarakat dan bangsa ini pada umunya dengan penyediaan lapangan tenaga kerja. <br /><br />Kisah sukses suatu keluarga dalam pengelolaan usaha telah demikian banyak. Nepotisme yang dikembangkan dengan baik telah melahirkan banyak keluarga sukses. Dalam skala nasional kita bisa melihat keluarga Bakrie, Kalla, Gudang Garam, Sampoerna, merupakan contoh menginspirasi kita. Dalam skala kecil (skala pagaden), Yayasan Syukur Sejahtera mengelola SMA Sejahtera Pagaden dimana 91% sahamnya dikuasai dua keluarga. Untuk itu sudah saatnya kita mengambil peran. <br /><br />Kita pun berharap, keluarga besar dengan anggota penuh warma, adalah dinamika dan modal luar biasa. Dengan berhimpun dalam wadah ekonomi, bukan hanya mampu memberi peluang dan kesempatan lapangan kerja, juga mempererat silaturahim, pada akhirnya memperkokoh ketahanan ekonomi keluarga. Bersatu menggapai cita dalam rido Alloh. (**)<br /><br />Penulis, <span style="font-style:italic;">putra kelima, praktisi ekonomi, dan tinggal di Jakarta.</span><br />Tulisan ini pernah dimuat di Booklet KBHJ Edisi Juni 2009Dadan Wahyudinhttp://www.blogger.com/profile/13806924166896026470noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5491515280978714757.post-33623009368642554002010-05-25T18:01:00.001-07:002010-05-26T08:39:53.654-07:00DIBANJUR CAI ANGEUN HASEUM<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgI9xZe2e8hx4MAdyCtlA58ScEvMhHaTJ7Bx8kQXfRQuwMQVbR0yDaLCukS9F1UIoAQAY811PMwc9afS4MB8RrWavPnM1TJjG7M_N9hiqcRs4IwjnZH8t6iRlY-hQPNbW0wJ1TiH6MgAS0/s1600/upu3.bmp"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 192px; height: 220px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgI9xZe2e8hx4MAdyCtlA58ScEvMhHaTJ7Bx8kQXfRQuwMQVbR0yDaLCukS9F1UIoAQAY811PMwc9afS4MB8RrWavPnM1TJjG7M_N9hiqcRs4IwjnZH8t6iRlY-hQPNbW0wJ1TiH6MgAS0/s320/upu3.bmp" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5475380153451747842" /></a><br />Ku: Pupu Marfuah<br /><br />Kuring sakola di tsanawiyah, ari adi kelas lima SD. Harita keuheul pisan ka adi, basa dititah meuli bahan kueh ka pasar teu nurut. Dipaksa-paksa oge kalah murengkel meulit kawas oray sanca, teu daek indit. Antukna aya cai sesa angeun haseum sisi meja diguyurkeun kana sirahna. Puass siah..<br /><br />Kapaksa eleh deet, kuring miang ka pasar, panas ereng-erengan oge. Meuli bahan kueh, lumayan keur nambah-nambah biaya sakola. Kuring anteng nyieun kueh, ti mimiti ngocok endog, nyampurkeun tarigu nepi ka ngopen kueh.<br /> <br />Ari ras inget adi, gebeg..kuring reuwas asa boga dosa. Kuring langsung muka panto kamar, tapi adi teu kasampak. Kuring tatanya ka tatangga susuganan kawenehan jeung adi kuring, tapi weleh teu aya nu nyahoeun. Kuring ngagidig muru sobat dalitna, si Mustopa, tapi cenah geus lila tara ulin ka ditu.<br /><br />Kamana atuh adi kuring teh? Kuring bingung, hanjakal sagede gunung. Naha ku naon atuh bet ngabanjur sirah adi ku cai angeun? Pasti ngambek, pundung terus kabur…<br />Deudeuh adi… hampura Eceu! Eta bakating kalangsu ku kesel!” gerentes hate. Teu karasa cai panon merebey maseuhan pipi. Kumaha pijawabeun kuring lamun Bapa jeung Emih seug mulang ti ondangan?<br /><br />Wanci sareupna, rentang-rentang katingal adi kuring balik mapay galeng sawah bari niir belut opat siki.<br /><br />“Tuh…si Wahyu, Pu!” ceuk wa Ami bari nunjuk ka adi kuring.<br /><br />“Wahyuu..”si Endang mang Ucim mah ngagorowok. Barudak nu ngagimbung surak eak-eakan milu bungah pedah si Wahyu geus kapanggih. Gabrug nangkeup adi kuring bari sasadu dumareda. <br /><br />“Hapunteun Eceu, nya. Eceu jangji moal rek sakali-kali deui deleka ka hidep,” ceuk kuring bari nyusut cimata. Ari si Wahyu ngan hulang huleng wae teu ngarti aya naon mani ibur salembur ear sajagat, manehna jiga pahlawan bae. Malah si Entin, si Nunung, jeung si Ikoh mah teu eureun-eureun nyebutkeun cenah, “Hidup wahyu… hidup wahyu…”<br /><br />“Abdi mah ti bada sakola ge tos niat bade ngurek belut. Tah ieu belutna kenging opat,” cenah ngomongna polos ngaleos ka jamban tukangeun imah rek ngolahan belut.<br /><br />Ayeuna si Wahyu geus jadi bos fotokopi. Lamun pareng botram atawa parasmanan dina acara arisan kulawarga sok mindengan sindir-sampir,”Kade ah bahe angeun teh ka mastaka abdi.” Kuring saukur mesem. <br /><br />Pupu Marfuah<br />Gg. Campaka- Gerlong Girang<br />Isola - Bandung <br /><br />(dimuat di Mangle No. 2213 hal 68).Dadan Wahyudinhttp://www.blogger.com/profile/13806924166896026470noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5491515280978714757.post-20493723591020382802010-05-25T17:47:00.000-07:002010-05-25T17:53:41.054-07:00PRAMUKA<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjd4jjqBt5wrNOQiwPBEoJOe_m7GCfM3YOPUevNLWCxKkcVqaz2nnjpsL71bsjHNOypoffowWxxrD5sey3MN7d63FOG-Lflg2sn-56qg7NZdWNh72wj38YKq_IxkF1rxGgY4lZbuyPSMbE/s1600/edistia.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 130px; height: 97px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjd4jjqBt5wrNOQiwPBEoJOe_m7GCfM3YOPUevNLWCxKkcVqaz2nnjpsL71bsjHNOypoffowWxxrD5sey3MN7d63FOG-Lflg2sn-56qg7NZdWNh72wj38YKq_IxkF1rxGgY4lZbuyPSMbE/s320/edistia.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5475375479357521026" /></a><br />oleh: Edistia Maulida Sholihah<br /><br />Panas terik sang surya membakar kami, para Pramuka Penggalang. Ingin pingsan rasanya. Kulitku semakin legam. Suara kakak instruktur seakan memekak telinga. Rekan-rekan tampak bersemangat berlatih, kecuali aku.<br /><br />Hampir sebulan sudah aku ikut ekskul ini. Bosan. Ingin aku keluar saja. Tapi gimana kata teman-teman? Aku kan pemimpin regu. <br /><br />Aku lemas dan tak bersemangat. Saat perjalanan pulang, Dinan kawanku mencoba menghiburku. Tak disadari meluncur ucapan:<br />“Eh, Dinan. Keluar Pramuka, yuk?”<br />“Keluar? Mengapa?” Dinan kaget dan balik bertanya.<br />“Nggak, aku cuma malas saja..” seruku.<br />“Malas? Siapa suruh masuk Pramuka? Lebih baik berkata tidak sejak awal,” ucap Dinan kesal. <br />“kenapa begitu bicaranya, kak?” seruku gemetaran, takut Dinan tersinggung.<br />“Nggak! aku hanya kesal. Kamu tidak tahu bahwa Pramuka banyak manfaatnya..” jelasnya. “Manfaat? Manfaat apa?” <br />“ Agar kita berdisiplin, mandiri, dan lain-lain..”<br />“Resikonya?” tuturku.<br />“Capekkk!” kata Dinan dengan nada tinggi. Aku terdiam. Aku ingin minta maaf tapi mulutku terkunci. Sepanjang perjalanan kami berdua saling membisu.<br /><br />Hari Sabtu aku mencari Dinan. Tapi tidak kutemukan. Hingga kudapatkan di ruang aula.<br />“Ada apa mencariku?” ujar Dinan sinis.<br />“Aku tidak jadi keluar pramuka. Aku minta maaf membuatmu kesal,” kataku.<br /><br />Ia terdiam. Ia tersenyum padaku.<br /> <br />“Aku juga minta maaf telah kesal padamu..” kata Dinan. Aku menggeleng. Aku memahami bahwa Pramuka bermanfaat memberi kecakapan hidup bagi generasi muda. Ayah dan ibuku dulu aktif di Pramuka. Tak heran hingga kini dikenal ulet, rajin dan disiplin. Hingga tak kusadari kukepalkan tanganku dan berteriak, “Hidup Pramuka,”.<br /><br />Edistia Maulida Solihah, <br /><span style="font-style:italic;">Pemenang III Lomba Mengarang dalam Arisan Keluarga 12 April 2008 di Rumah H. Cecep-Lembang<br /></span><br />Penulis, cucu, <span style="font-style:italic;">putri kelima, keluarga putri kedua, tinggal di Melongasih</span>.<br /><span style="font-weight:bold;"><br />Sumber: </span>Booklet KBHJ Edisi Juni 2009Dadan Wahyudinhttp://www.blogger.com/profile/13806924166896026470noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5491515280978714757.post-47386666568129087482010-05-25T17:36:00.000-07:002010-05-25T17:43:22.909-07:00MERAIH CITA-CITA<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgp3PUvsDjc8Oh3tgb0YnAlFZaCDFTZTsVwQJrej3UAlOzrRdpGblE9L3MIp2R4riQxuG1W7gR5-8ytbYmylaRFfwbQMEh0fi6c10oIdd7U0C80egN6xBGK9BLuu2ldgJDAgG2i1xCeC84/s1600/sumaya.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgp3PUvsDjc8Oh3tgb0YnAlFZaCDFTZTsVwQJrej3UAlOzrRdpGblE9L3MIp2R4riQxuG1W7gR5-8ytbYmylaRFfwbQMEh0fi6c10oIdd7U0C80egN6xBGK9BLuu2ldgJDAgG2i1xCeC84/s320/sumaya.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5475372765293928002" /></a><br />oleh: SUMAYA FUADANA<br /><br />Cita-cita saya ingin menjadi penulis. Mengapa? Karena saya melihat seorang penulis memiliki kebanggaan, apalagi tulisannya disenangi oleh penggemarnya. <br /><br />Menjadi penulis itu merupakan suatu keharusan bagi saya. Saya lebih suka novel terjemahan dibanding novel Indonesia. Menurutku, novel terjemahan lebih terbuka tentang kehidupan remaja. Maka dari itu saya ingin membuat karya lebih bagus dari novel terjemahan.<br /><br />Bila ingin menjadi penulis, saya harus tahan menghadapi kritikan dari publik karena pasti ada orang memuji, menghargai tapi tidak sedikit yang kecewa bahkan mengeritik pedas. Sebagai penulis kritik adalah bentuk pelajaran bagi kita supaya kita berkarya lebih baik lagi.<br /><br />Maka dari itu, saya meminta kritikan bagi tulisan ini. Dengan dorongan dan pelecut diri mendorong saya untuk memperbaiki diri, tahan banting dengan terus berkarya.<br /><br />Sumaya Fuadana<br /><span style="font-style:italic;">Pemenang II Lomba Mengarang dalam Arisan Keluarga 12 April 2008 di Rumah H. Cecep-Lembang<br /></span><br />Penulis, cucu anak keempat putra pertama H. Handi J tinggal di Lembang<br />Sumber: Booklet KBHJ Edisi Juni 2009Dadan Wahyudinhttp://www.blogger.com/profile/13806924166896026470noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5491515280978714757.post-29993724242099494102010-05-25T17:28:00.000-07:002010-05-25T17:34:00.257-07:00AGAR BERAT BADAN JANGAN NAIK TERUS<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRebfQkhhNrmkXPGoYZzZIKF5HI_kysXZslVpbiucaFhA3vFO0P5MMz8b2MKjlT7RAOGQXNTCsbyU4pi-jkhfXsjqz0y6GQc5mOIFljbPNovw09nn9TvzORw3CKKWrZwlXFvzluPl9hzU/s1600/beliany.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRebfQkhhNrmkXPGoYZzZIKF5HI_kysXZslVpbiucaFhA3vFO0P5MMz8b2MKjlT7RAOGQXNTCsbyU4pi-jkhfXsjqz0y6GQc5mOIFljbPNovw09nn9TvzORw3CKKWrZwlXFvzluPl9hzU/s320/beliany.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5475370203963142610" /></a><br />Berat badan saya sudah lebih dari 45 kg. Tapi tinggi saya nggak naik-naik. Dalam satu bulan badan bisa naik sampai 1,5 kg, tapi tinggi tidak naik 0,5 mm pun. Pertumbuhan malah ke samping bukan ke atas. Makanya badan saya terlihat bulat kayak bola pingpong.<br /><br />Ingin berat badan kamu terus naik? Ikuti kebiasa-an saya di bawah ini!<br /><br />Bila abis bangun tidur langsung makan diteruskan ngemil. Lalu makan lagi dan ngemil lagi hingga sore hari.<br />Hindarilah diet karena bisa membuat berat badanmu turun. Makanlah makanan yang banyak mengandung lemak tapi tetap harus sehat. <br /><br />Itu dulu. Sekarang sadar, lho! Agar sehat perbanyaklah makanan empat sehat lima sempurna. Ingat!!! Jangan terlalu banyak ngemil karena akan menyebabkan gendut. Gendut itu nggak sehat. Gendut itu berbahaya dan kurang sedap dipandang mata, kan yah?<br /><br />Kalo emang gak mau gendut ya syaratnya cuma satu yakni diet. Tapi ingat kalo diet harus yang benar. Pertama kita harus rutin sarapan. Banyaklah sayuran dan buah-buahan, juga minum air putih dan olahraga. Makan daging sekali-kali boleh, tapi bagusnya ikan. Kalo gak makan seharian alias puasa terus itu bukan diet tapi “Neangan Panyakit”.<br /><br />Berliani Nuraghniya<br /><span style="font-style:italic;">Cucu, Anak kedua Putri Ketiga<br />Pemenang I Lomba Mengarang dalam Arisan Keluarga 12 April 2008 di Rumah H. Cecep-Lembang <br /></span> <br /><br />Sumber: Dimuat di Booklet KBHJ Edisi Juni 2009Dadan Wahyudinhttp://www.blogger.com/profile/13806924166896026470noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5491515280978714757.post-75688951068280345842010-05-01T21:02:00.000-07:002013-08-27T11:59:10.746-07:00Ayah Penuh Optimis dan Bersahaja itu telah Pergi<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiY7iWYt2_xwbN4Iw7zthycPvmu23dn0gMlLpsV587hsKc63sLQLUy8X3TgXABjoHLBBPoCfgVqXQIu1f5dGmeMwZsvG2L4FKfIoIkWozBMdyOKWnHfyt4mKgSBJsogp9s1Kd85Clx8fCo/s1600/duka+cita.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5466520331733621202" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiY7iWYt2_xwbN4Iw7zthycPvmu23dn0gMlLpsV587hsKc63sLQLUy8X3TgXABjoHLBBPoCfgVqXQIu1f5dGmeMwZsvG2L4FKfIoIkWozBMdyOKWnHfyt4mKgSBJsogp9s1Kd85Clx8fCo/s400/duka+cita.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 300px; margin: 0 10px 10px 0; width: 400px;" /></a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-style: italic;">Ayahku, H. Handi Junaedi, sosok ayah yang tangguh dari 8 anak, 39 cucu & 1 cicit telah meninggalkan kita, hari Selasa, 6 April 2010 pukul 22.30 WIB (usia 68 tahun) di RSHS Bandung. Sosok insan yang taat, sederhana, murah senyum dan optimis adalah sumber inspirasi dan figur bagi anak cucunya bahkan masyarakat di sekelilingnya. Hari-hari terakhir saya bersama ayahku, kuungkapkan dalam notes ini melengkapi tulisan saya sebelumnya dimuat di beberapa media cetak (dapat diakses di notes fb ini), sebagai ungkapan hati, sharing dan memberi pesan positif bagi keluarga muda sepertiku.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Hujan rintik-rintik di hari Selasa, 6 April 2010. Adan Magrib baru saja usai. Sehabis mengambil air wudu untuk salat Magrib, saya melihat hp nada deringnya "diam" itu menyala, pertanda ada sms masuk. Setelah kubuka, dari kedua kakak perempuanku menerangkan bahwa ayah sedang berada di UGD RSHS. Sms terus menerus masuk. Bada magrib awalnya saya hendaknya pergi ke pengajian. Karena ada sms itu kebetulan sy dititipin barang penting, sy bergegas menemui kawan dan menitipkan amanat lalu mohon izin. Setelah itu langsung meluncur ke RSHS.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Seminggu sebelumnya, hari Rabu (31/3), saya ke Melongasih menemui ayah. Rasa sesak diderita ayah membuatku bergegas meninggalkan kesibukan di pekerjaan tuk menemani ayah pergi ke dokter. Tapi ayah mengatakan bahwa dirinya merasa sehat. Ia berujar bahwa beliau akan chek up di Subang saja, sekalian, karena hari Minggu ada yang hajatan kerabat. Pada kesempatan ini saya sengaja membundel karya-karya ayah juga saudara2ku dan saya sendiri berupa karya tulis barakatak (humor) di Mangle untuk diberikan pada ayah. Ayah pun membaca karyanya dalam bundel itu dengan sesekali tersenyum.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Tiba-tiba ayah menawarkan burung parkit piaraannya untukku. Katanya kasihan, selalu ditinggal ayah. Tapi kutolak halus, karena jangankan burung makanannya khas kunyit, yang makan beras saja seperti tekukur atau puter aku kewalahan. "Kalo begitu, ayah berikan pada cucu di Subang aja," ujarnya. "Oh, betul. Bagus!" kataku. Sepasang burung parkitpun dibawa ke Subang untuk salah satu cucunya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sepulang ibadah haji, 2005 Ayah tinggal di Melongasih, Cimahi. Ia berencana pulang kampung sebentar untuk memenuhi undangan kerabatnya di hari Minggu (7/4) sambil berobat ke dr. Husni di Subang. Di Pagaden, ayah sempat berkumpul dengan kerabat dan kawan lama. Di hari Sabtu, ayah pun sempat mengecat kamar khusus untuk pulang kampung, sebab sisanya dibuat kamar-kamar dan dikontrakan. Di hari Minggu sempat memenuhi undangan pagi dan sore kenduri. Sebuah pulang kampung "pamitan" bagi kerabat dan kenalan di kampung halamannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Tiba jam 19.30 di UGD RSHS, saya menemui ayahku di ruang resitusi 6. Di sana ada ibuku, Saudara2ku menunggu di luar, karena penunggu dibatasi satu orang. Ayah menyapa seraya tersenyum. "Kehujanan dimana?" kata Ayah sembari menahan rasa sakitnya mencoba tersenyum padaku. "Dari Cicaheum. Hujan besar sekali dan macet! Tapi sudah biasa," kataku. Berdasarkan keterangan saudaraku, kondisi ayah drop sejak di Subang. Tapi ayah menyembunyikan kondisi itu dengan tenang. Untunglah kakakku di Lembang meluncur menjemput ayah. Itu berawal dari laporan ibu yg tanpa sepengetahuan ayah menginformasikan kondisi ayah di kampung halamannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Hari itu semua kamar rawat penuh. Ayahpun sempat berujar, "Gimana dan, sudah ada kamar rawat?" Aku menggangguk. Ayah pun memejamkan matanya. Ia menahan sakit amat. Tapi terbangun lagi. Aku yakinkan kamar pasti dapat dan ayah banyaklah berdoa agar semua lancar. Satu kekaguman, dibalik rasa sakit ayah tegar, terus berdoa dengan mengucapkan kalimat dzikir, allohu akbar, astagfirulloh dan laa ilaaha illalloh. Ketenangan dan rasa sabar ayah kusaksikan sendiri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Dalam diagnosa dokter, pembuluh darah ayahku dua tersumbat dan harus dilakukan tindakan segera. Saudara2ku bermusyawaroh dan setuju untuk memberikan upaya maksimal bagi keselamatan ayah. Jam 21.00, saya ditemani kakak pertamaku mambawa ayah ke ruang tindakan (kamar operasi). Di sini ayah mengalami pemerikasaan EKG lagi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Tiba-tiba tim dokter memberikan informasi bahwa ketiga pembuluh darah di jantung ayah sudah 99% tersumbat. Cara satu-satunya pemasangan ring (katarsis) melalui pembuluh darah setelah melalui pembukaan pembuluh dengan memasukan balon. Meski biaya cukup mahal, sesuai komitmen awal, demi terbaik bagi ayah, kami sepakati. Dengan cara ini, kalau berhasil penderita jantung koroner akan merasakan lebih baik. Sebaliknya, tingkat kegagalan pun tinggi juga 50: 50. Begitulah keterangan tim dokter. Aku dan kakakku menyetujui dan menandatangani surat itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Hampir satu jam ditemani anak-anaknya, ayah melewati pembukaan pembuluh darah melalui pemompaan balon. Kami berdoa memohon kepada Alloh SWT. Tiba-tiba kepala tim keluar dan mengutarakan bahwa pembuluh ayah terlalu kecil tidak memungkin dimasukan ring dan jantungnya sangat lemah. Sambil meninggalkan kami, dokter berkata: Hanya mukjizat yang bisa menyembuhkan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kami langsung meminta izin. Tim dokter mengatakan, secara medis kondisi ayah sudah dikatakan berhenti. Artinya gerakan nafas ayah hanya ditopang alat. Kami pun memutuskan untuk mencabut alat-alat itu. Ayah meninggal. Innalillahi wa inna ilaihi rajiuun. Allohummajurni fii musibatii waakhlifhi khorium minha..." Kami semua tegar, termasuk ibuku. Tidak ada histeris, meskipun sisi manusiawi membawa kami meneteskan air mata. Kami pun mengucapkan trimakasih kepada tim dokter yang telah berjuang sekuat tenaga. Manusia hanya berupaya, tapi Alloh SWT yang menentukan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Berita pun cepat tersiar, termasuk ke karabat ayah di kampung dan kolega di berbagai tempat. Kami minta segera jenazah ayah dibawa pulang untuk dimandikan di rumah. Proses pun tak lama, saya dan kakakku menandatangani administrasi dari kamar jenazah dan langsung dibawa ambulans.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Saya, dan saudara2ku ikut memandikan, mengafani, menyalati hingga memakamkan. Insya alloh, Ayah meninggal dalam husnul khotimah. Ucapan dizikir terlontar dari bibir ayah, saya saksikan sendiri hingga akhir hayatnya. Ayah disolati lebih dari 500 jamaah dalam beberapa shif yang sengaja datang tuk mengantar kepergiaan ayah. Perjalanan hidup ayah (terdokumentasi di blog ini : <a href="http://keluargadhiya.blogspot.com/2009/08/kisah-sukses-h.html" target="_blank">Kisah Ayah di Intisari</a> dan <a href="http://keluargadhiya.blogspot.com/2009/08/keluarga-hhandi-junaedi-2009.html" rel="nofollow">Kisah Ayahku di Seri Galamedia-</a>) penuh kesederhanaan, sopan dalam bertutur, tidak pernah marah, optimis, juga hamba taat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sederhana membuat ayah selalu realistis. Ayah tidak pernah bermimpi muluk-muluk dalam hal keduniawiaan. Ayah cukup bangga dengan radio lamanya dan tipi hitam putih yang nongkrong bertahun-tahun. Ayah lebih mementingkan urgensi fungsi ketimbang seni bila membeli barang atau perabotan. Ayah tidak pernah memiliki sepeda atau motor, sehingga anak-anaknya hampir semuanya tidak cakap mengendarainya sebelum mampu membelinya sendiri. Ini karena ada pesan ayah,"jangan mengendarai kendaraan orang lain kalau belum punya sendiri," Ayah pun pandai menabung. Tapi ia tidak kenal bank, insya alloh tidak memiliki utang sesuai prinsip dipegang teguh ayah. Ia menyimpan diberbagai tempat yang tidak mencurigakan (terdokumentasi di Majalah Intisari <a href="http://keluargadhiya.blogspot.com/2009/10/uniknya-menabung-ala-ayahku.html" target="_blank">Cara unik Ayah Menabung</a>). Sepeninggal ayah, banyak kotak-kotak berisi recehan dan uang ribuan disimpan di tempat-tempat tertentu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sopan dalam bertutur, membuat ayah amat dirindukan cucu-cucunya. Juga masyarakat di kampung halaman dan tempat tinggalnya di Bandung. Semua cucunya merasa kehilangan sosok kakek yang cukup hangat dengan humornya, suka memberi hadiah dan pandai bercerita menghibur insan-insan kecil.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Optimis, meskipun kondisi finansial terbatas, sebagai tukang cukur tradisional, ayah berhasil melahirkan satu orang profesor, satu orang doktor, satu orang magister dan sisanya sarjana S1. Semua ini berkat kerja keras ayah dan tentunya izin Yang Mahakuasa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Bersyukur dan berderma, ayah selalu mengucapkan tahmid dan alhamdulillah jaza kumullohu khoirooh, sebagai rasa syukur pada sesama insan dan mendermakan harta dimilikinya baik di lingkungan tetangga maupun kerabatnya di kampung. Bahkan rela ngebosi keperluan saudara-saudaranya kurang beruntung.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Tapi untuk urusan masa depan, ayahku seorang futuristik (menjangkauuuu jauhh ke depan). Ayahku bertekad menyekolahkan anaknya sampai mentok (dari segi biaya), alhamdulillah beberapa anaknya sampai ke jenjang paling tinggi di S3. Termasuk do'anya ingin menunaikan ibadah haji, sesuatu yg hampir mustahil di mata manusia, jikalau melihat sisi materi belaka, tapi tidak dimata Alloh. Alloh memberangkatkan melalui kado putra/i-nya, sehingga ayah dan ibu bisa menunaikan rukun Islam kelima di thn 2005.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Itulah kisah tentang ayah, bukan maksud kami menyombongkan diri, sesungguhnya yang berhak sombong itu hanyalah Alloh SWT dengan sifatnya Al-Mutakabbir. Tapi terbersit tuk berbagi segenggam kisah menginspirasi bagi sesama insan bahwa hidup ini butuh kerja keras dan perjuangan, tetapi harus rendah hati (tawadhu), hati-hati (mutawarik) dan tentu tidak melupakan ibadah kepadaNya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kami mohon maaf atas kesalahan dilakukan ayah selama hidupnya yang mungkin tidak berkenan terutama tetangga dan kawan-kawannya. Insya alloh, ayah telah memaafkan lebih dulu kesalahan saudara.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Ya Alloh. Ampunilah segala dosa, kesalahan dan khilaf ayahku. Terangilah alam kuburnya. Berilah kemulyaan dan tempatkanlah di tempat terhormat dan terpuji.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Penulis, <span style="font-style: italic;">Dadan Wahyudin (anak kelima)</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-weight: bold;">Pesan Duka (dedicated to my grandfather)</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">karya <span style="font-style: italic;">Edmar Hoirurrijal (cucu anak putri keduanya)</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-style: italic;">Saat langit menghitam<br />Kukumandangkan sebuah pesan ke segala penjuru<br />Agar do'a terpanjat untuk seorang pahlawan<br />Pahlawan yang terbaring tak berdaya<br /><br />Tak jauh jarum jam bergeser<br />Langit menangis diiringi nyanyian sendu para pemuja<br />Ia yang berjasa<br />Ia yang tercinta<br />Kini telah pergi untuk selamanya<br /><br />Banjir air mata suci telah hadir<br />Nyanyian sendu nan syahdu berisi do'a telah bergema<br />Untuk dirinya yang telah berjuang<br />Hadapi duri kehidupan dan hasilkan mutiara-mutiara terindah<br /><br />Malaikat...<br />Tolong jaga dirinya hingga menghadap<br />Ajarannya melekat dalam jiwa kami tuk beramal<br />Hadapkan dirinya pada keselamatan<br />Katakan pada dirinya<br />Setiap insan cepat atau lambat bakal menyusulmu</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Penulis Kumpulan Puisi "Cermin Hati", Celtics : 2000</span></div>
Dadan Wahyudinhttp://www.blogger.com/profile/13806924166896026470noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5491515280978714757.post-84467169448996708232009-10-28T08:04:00.000-07:002013-08-27T11:52:24.700-07:00MENYIASATI PENGHASILAN TERBATAS<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgS845ud3-dcaIGKA_l0r8ZTH6bWbXoJ3lu3xZo1i-AXrw5i0MYAG8G5eTXGi0svcC0Z6NnsbrhY7MfKo0QZPerFa76NoV8vDH-jPdBXeu4glKDIeykq_uGypInLRn4aDMH9dyj7_KvztM/s1600-h/wisuda+tati.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5397672568328748210" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgS845ud3-dcaIGKA_l0r8ZTH6bWbXoJ3lu3xZo1i-AXrw5i0MYAG8G5eTXGi0svcC0Z6NnsbrhY7MfKo0QZPerFa76NoV8vDH-jPdBXeu4glKDIeykq_uGypInLRn4aDMH9dyj7_KvztM/s400/wisuda+tati.jpg" style="float: left; height: 315px; margin: 0px 10px 10px 0px; width: 400px;" /></a><br />
<br />
Oleh ; Dadan Wahyudin<br />
<br />
Mengurus keuangan adalah seni. Banyak yang bilang bukan soal besarannya, tapi bagaimana mengelola setiap pendapatan yang diperoleh. Prinsip ini dijalankan oleh Ibuku. <br />
<br />
Pekerjaan ayah sebagai pemangkas rambut tradisional dengan penghasilan tak menentu. Di kala hujan atau sakit, kadang ayah pulang dengan tangan hampa. Beruntung aku memiliki Ibu yang hebat, sabar, teguh, dan selalu optimis. Ibu telaten dan bijak. Dengan penuh kasih sayang membimbing kami tanpa rasa kenallelah. Meski pendidikan orang tuaku tak tinggi, dengan izin-Nya berhasil memberikan pendidikan yang layak bagi delapan putra-putrinya untuk menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi negeri. <br />
<br />
Berikut kiat Ibu sebagai "menteri keuangan" keluarga menyiasati beban hidup begitu berat dengan:<br />
<br />
1. Bersifat selektif, dalam memilih makanan bukan didasarkan <br />
pada kesukaan salah seorang anak tapi harus disukai semua <br />
anggota keluarga. Memilih pakaian yang pantas dikenakan <br />
dalam segala suasana.<br />
<br />
2. Memilih sekolah negeri, karena dianggap paling murah dan mudah <br />
mendapat beasiswa.<br />
<br />
3. Selalu memberikan sarapan pagi bikin kenyang, seperti: nasi uduk <br />
atau minimal surabi sehingga tanpa harus jajan bisa belajar <br />
dengan konsentrasi.<br />
<br />
4. Selalu mengecek PR dan tugas anak sepulang sekolah.<br />
<br />
5. Memberikan uang jajan selektif.<br />
<br />
6. Memotivasi bahwa hidup butuh perjuangan. (**)<br />
<br />
Penulis, Dadan Wahyudin, di Bandung<br />
<br />
<span style="font-style: italic;">(Tulisan ini dimuat di Intisari, Edisi April 2007 hal. 192 dirubrik <span style="font-weight: bold;">Tips</span> Edisi HUT Kartini)</span>. Semoga menginspirasi bagi keluarga muda sepertiku.Dadan Wahyudinhttp://www.blogger.com/profile/13806924166896026470noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5491515280978714757.post-83210630977799761192009-10-28T07:35:00.000-07:002009-10-28T07:59:04.595-07:00RASA MALU ITU BERUBAH MENJADI KEBANGGAAN<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEeJrjelMUWPRES5AWmOATEr26g9kdiDrvUD2nqA1_dfR6MeYdbLhQsKCP2VsB4lWH9CIu2xQ1hmRzbvm_K3ke-ADGmo-0S1dtvLCC7D0jl-7lXW86kqoChCSicZb0HHfmzIhC6KbglwQ/s1600-h/bapa1.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 100px; height: 75px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEeJrjelMUWPRES5AWmOATEr26g9kdiDrvUD2nqA1_dfR6MeYdbLhQsKCP2VsB4lWH9CIu2xQ1hmRzbvm_K3ke-ADGmo-0S1dtvLCC7D0jl-7lXW86kqoChCSicZb0HHfmzIhC6KbglwQ/s400/bapa1.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5397660950910754114" /></a><br /><br /><br />Oleh: Hj. Siti Maryam<br /><br />Pemangkas rambut adalah profesi ayahku. Delapan orang anak merupakan karunia Allah SWT bagi ayahku. <br /><br />Karunia tersebut merupakan amanah yang berat bagi ayah. Betapa tidak, ayah harus memberikan tunjangan kehidupan yang layak bagi sepuluh orang, delapan anak, satu isteri dan dirinya. Tunjangan ini begitu ironis jika dibandingkan dengan usahanya sebagai pemangkas rambut tradisional yang penghasilannya terbatas sekali.<br /><br />Satu persatu ayah menyekolahkan anak-anaknya seperti halnya orang lain. Aku sendiri mulai menginjakkan kakiku di bangku SD pada usia lima tahun. Profesi ayahku ternyata jadi olok-olok teman-temanku di sekolah. Terang saja aku jadi malu, manakala teman-temanku menanyakan berapa tarif potong rambut anak-anak, orang tua dan sebagainya. <br /><br />Rasa malu itu bertambah manakala bila guru menyinggung murid laki-laki yang rambutnya gondrong. Spontan teman yang lain berkata, “Punya teman anak tukang cukur, kenapa tak kaumanfaatkan, kan kamu bisa gratis. Ha..ha..ha”. Rekan-rekan yang lain ikut tertawa, cuma aku yang tertunduk. <br /><br />Jika kebetulan ada guru atau orang tua temanku yang hendak potong rambut ke ayahku, kebetulan aku sedang berada di sana, biasanya aku segera berlari. Aku tak berani di sana lebih lama, sekali pun ayah belum memberi uang jajan yang biasanya diberi jika ke sana.<br /><br />Di sekolah, kakakku dan aku termasuk orang yang berprestasi. Kegiatan ekstrakurikuler pun selalu kami ikuti. Tak heran kemudian aku tumbuh menjadi gadis yang penuh aktivitas. Sehingga tak terpikirkan olehu untuk segera memiliki pacar. Hal ini merupakan hal ganjil di kalangan keluarga besarku. Mereka biasanya menikah di bawah umur.<br /><br />****<br /><br />Suatu ketika seorang keluarga lebih beruntung dari orang tuaku di kampungku mengutarakan maksudnya kepada orang tuaku, agar mau menjadi menantunya. Sang isteri turut menuturkan jika aku mau menjadi menantunya, berarti keluarga mereka telah melakukan dua kebajikan sekaligus. Yang pertama memperisteriku dan kedua, menolong anak yang tak mampu. Mendengar perkataannya, aku diam saja, meskipun dalam hatiku berontak. Tak mau rasanya direndahkan seperti itu.<br /><br />Pada kesempatan lain, saat aku main ke rumahnya, sang ibu keluarga itu menerangkan padaku bahwa kalau anaknya tukang cukur, kemungkinan anak atau menantunya akan jadi tukang cukur pula. Mendengar penjelasannya, timbul rasa malu yang tadinya berangsur hilang. Sejak saat itu bila ada yang bertanya profesi ayahku, selalu kujawab dagang. Kebetulan ayah saat itu menyambi dagang kecil-kecilan seperti: pasta gigi, sabun, odol, dan lain-lain yang dijajakan ke kampung-kampung. Lama-kelamaan ayah berhenti, terlalu lelah alasannya.<br /><br />Tahun demi tahun profesi ayah tak berubah. Yang berubah kami anak-anaknya. Kedelapan anak itu dua telah menjadi sarjana, dua sedang lagi sedang kuliah di perguruan tinggi negeri dan sisanya di SMP/SMA. Perubahan itu mengubah rasa malu yang selama ini melekat pada diriku berubah menjadi kebanggaan. Kebanggaan keluarga, juga kebanggaan orang kampung juga.<br /><br />Sekarang jika ada teman-temanku yang menanyakan alamat orang tuaku, maka akan dijawab oleh anak-anaknya dengan alamat tempat usaha ayah. Karena tempat itu telah begitu akrab dengan orang-orang di sana. Dan, alhamdulillah suamiku bukan tukang cukur sebagaimana prediksi calon besan orang tuaku itu. Demikian juga adik-adikku. Ada kerabat jauh yang memiliki salon ternama di kampungku, aku pun bangga padanya. Hal itu mematahkan teori bibiku, yang jelas sepanjang pengetahuanku, tak ada gen profesi yang diwariskan seperti teori bibiku?<br /><br />Penulis, Hj. Siti Maryam, di Cimahi<br />dimuat di <span style="font-weight:bold;">Majalah Kartini, Edisi Agustus 1992</span><br /><br />*<span style="font-style:italic;">)hal bersifat privacy diedit ulang pengelola blog,<br />sehingga layak publikasi juga dimuat ulang pada <br />Booklet Keluarga Edisi Juni 2009.</span>Dadan Wahyudinhttp://www.blogger.com/profile/13806924166896026470noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5491515280978714757.post-57299147320225677342009-10-17T15:43:00.000-07:002013-08-27T11:57:36.125-07:00Uniknya Menabung ala Ayahku<br />
<span style="font-style: italic;">pernah dimuat di rubrik JEDA, Majalah Intisari, PT. Gramedia, Edisi April 2004 hal 90.</span><br />
<br />
Sebagai pemangkas rambut tradisional, penghasilan ayah saya tidak menentu. Bila musim paceklik, d<span style="font-weight: bold;"></span>i mana petani mayoritas konsumennya tidak bisa bercocok tanam, penghasilan sangat minim. Padahal ada delapan anak dan isteri yang harus ditanggung. Mungkin karena itu, ayah sangat disiplin dan ketat dalam mengelola uang.<br />
<br />
Diam-diam ayah menyisihkan sebagian pendapatannya ditempat yang tidak lazim. Seperti potongan ruas bambu, kaleng, dus, bahkan botol bekas. Itu pun ditaruh di tempat yang tidak mencurigakan.<br />
<br />
Bila ada keperluan penting yang jelas resmi, biasanya ayah akan menghilang sebentar, lalu kembali dengan membawa sejumlah uang. Saya sering heran, awalnya sering bilang tidak punya uang, tetapi bila jelas alasannya, tiba-tiba ada uang pas di tangan.<br />
<br />
Ayah pun menyisihkan sebagian pendapatannya dengan ikut arisan. Arisan amat berharga manakala suatu ketika memerlukan uang agak besar. Selain ikut arisan harian, ayah suka menabung pada tukang arisan. Caranya unik lho! Sebagai contoh, bila awalnya menabung Rp. 1.000, hari kedua ayah akan menabung Rp. 2000, Rp. 3000 dan seterusnya hingga hari ke sepuluh. Setelah itu dilanjutkan periode kedua yakni mulai Rp. 2.000 hingga hari ke sepuluh berakhir Rp. 11,000, dan seterusnya.<br />
<br />
Tidak susah ngitungnya, Ayah?<br />
<br />
"Kalau nabung awalnya Rp 1.000 selama sepuluh hari pasti Rp. 55.000. Periode kedua tinggal tambah Rp. 10.000 jadi Rp. 65.000 dan seterusnya," kata Ayah enteng.<br />
<br />
Rumus ayah ini menarik. Setelah kucermati, ternyata pola tabungan ayah bisa kubuatkan formula yakni: 55x + 10x(n-1) = y, di mana x = besar seteroan awal, n = periode tabungan, 55 dan 10 adalah konstanta dan y = jumlah tabungan diperoleh.<br />
Ayahku memang hebat...<br />
<br />
Bila tabungan sudah agak banyak, ayah akan segera mengambilnya, takut bermasalah. Berkat kedisiplinan ayah, delapan anak ayah bisa kuliah. Dua dari tujuh sarjana itu kini tengah studi S3 di UPI Bandung. "Terima kasih Ayah!" <br />
<br />
Penulis, Dadan Wahyudin di BandungDadan Wahyudinhttp://www.blogger.com/profile/13806924166896026470noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5491515280978714757.post-70252266441011686302009-08-12T22:03:00.000-07:002013-08-27T11:39:31.252-07:00Mengubah Nasib dengan Pendidikan (1-5)<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: bold;">Keluarga H. Handi Junaedi<br />dimuat Galamedia 6-10 Agustus 2009</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mengubah Nasib dengan Pendidikan (1)</div>
<div style="text-align: justify;">
Galamedia, Kamis 06 Agustus 2009</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: bold;">Anakku, Jangan Mengasong di Kereta Api! (1)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgt3hwmAwMQwa7TsPF5V4GFQuhbt8wu4lgSxIYG3qBic0axqZYYUsl2d3gTd844RJ_i55BnUE24K0U7rZTHdqOG77uXrWqkJwX5kHUvoZaar6Zr-0RPJYhSzpkcP5k7OTZAFXiXtAUfmPg/s1600/dadan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgt3hwmAwMQwa7TsPF5V4GFQuhbt8wu4lgSxIYG3qBic0axqZYYUsl2d3gTd844RJ_i55BnUE24K0U7rZTHdqOG77uXrWqkJwX5kHUvoZaar6Zr-0RPJYhSzpkcP5k7OTZAFXiXtAUfmPg/s1600/dadan.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: bold;">KISAH Pak H. Handi Junaedi, seorang pemangkas rambut tradisional ini, cukup inspiratif. Khususnya perjuangannya dalam memberi pendidikan bagi anak-anaknya. Dalam keterbatasan finansial, ia berhasil menyekolahkan 8 anaknya tanpa putus sehingga lahir beberapa orang doktor, lulusan magister, juga sarjana. Hampir semua keluarga anaknya bisa menunaikan ibadah haji, termasuk dirinya dan istri. Apa dan bagaimana kisahnya? <span style="font-weight: bold;">Dadan Wahyudin</span> mengisahkannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
PENDIDIKAN adalah barang mahal di kampungku. Kebiasaan di lingkunganku, hampir semua anak sebayaku menjadi pedagang erteh sejak SD. Erteh ini singkatan dari air teh yang diberi gula mirip teh botolan. Tak heran ketika bel sekolah berbunyi, hampir semua anak berlarian mengambil barang dagangannya, yaitu erteh, sambil menuju stasiun kereta api Pagaden. Banyaknya kereta api yang singgah di stasiun menjadi lahan rezeki bagi mereka. Berdagang erteh merupakan batu loncatan untuk meniti karier selanjutnya di kereta api. Karier tersebut adalah berdagang asongan, seperti rokok, tisu, pecel, ketan bakar atau kopi hangat. Jika musim buah-buahan, mereka pun menjajakan buah mangga, rambutan, dukuh, dan sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan berdagang sejak belia, kawan-kawanku pun mengerti arti dan nilai uang sejak belia. Kehidupan di stasiun yang menawarkan sejumlah materi pun ternyata membuat semangat belajar menurun. Kawan-kawan sebayaku lebih tertarik dengan uang recehan dibanding membicarakan matematika atau latihan Pramuka. Hal itu yang membuat tingkat pendidikan mereka tak lebih dari SD, karena lebih memilih menjadi pedagang asongan di kereta. Semakin jauh mengasong dari stasiun Pagaden, seperti ke Jakarta atau Cirebon, maka ia akan semakin disegani rekan-rekannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sayangnya, kehidupan di sekitar stasiun dikenal ketat, keras, dan terkadang liar. Wajah seram dan garang preman, juga pedagang asongan, bercampur dengan pengamen dan pengemis. Sungguh pemandangan yang membuat hati berdebar-debar. Sambil menunggu kereta api, kegiatan yang mereka lakukan adalah main kartu. Bahkan seringkali hingga mengabaikan waktu dan dibumbui taruhan. Jahatnya, hasil usaha seharian untuk anak istri bisa ludes digunakan berjudi. Pemandangan lain kerap dijumpai, hampir setiap sore sejumlah pemuda hanyut dalam pesta minuman keras. Kekerasan, perkelahian, dan tawuran pun menjadi bagian tak terpisahkan dalam aktivitas tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kerasnya kehidupan sebagai pedagang asongan ini dialami Pak Handi semasa muda. Dan insiden jatuh dari kereta api yang membuatnya terluka, mendorongnya untuk menjadi tukang cukur seperti profesi ayahnya. Tapi pengalaman dan kehidupan di stasiun yang keras, membuatnya berpikir ulang untuk mengizinkan anak-anaknya mengais rezeki di antara desakan penumpang dan penatnya gerbong kereta api. Meski hanya lulusan sekolah rakyat (SR) tanpa memiliki properti selain rumah bilik yang dihuninya, namun Pak Handi mampu berpikir jauh ke depan. Ia bertekad menyekolahkan anak-anaknya semaksimal mungkin. Salah satu tujuannya, mengubah nasib keluarga. Optimisme itu ditunjukkan dengan antusiasmenya saat menemani sang anak di hari pertama sekolahnya. Pesannya pada sang anak, "Dengan pendidikan, nasib seseorang dan keluarganya bakal berubah, termasuk bangsanya". Itulah petuah yang berhasil membakar semangat belajar anak-anaknya. Sebuah cita-cita yang dinilai nyeleneh di kampungnya saat itu. Tempat di mana hampir semua remaja di sana mulai meniti kariernya berdagang di kereta api dan menikah di usia muda. Tapi Pak Handi dan sang istri mendoakan yang sebaliknya untuk para buah hatinya. "Jangan jadikan anak-anak kami berdagang asongan di kereta api..." batinnya. (bersambung ke bagian 2)**</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Galamedia, Jumat, 07 Agustus 2009</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengubah Nasib dengan Pendidikan (2)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: bold;">Melewati Pilihan Dilematis</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: bold;">SEJAK tahun 1968, anak pertama Pak Handi masuk madrasah ibdtidaiah di kampungnya. Disusul anak keduanya di sekolah yang sama. Sekolah setingkat sekolah dasar itulah yang ada di kampungnya saat itu. Bagaimana kelanjutan kisahnya? Dadan Wahyudin mengisahkannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk9X99buY0-_pqYiIC2gVLtrNUtnsD48r8K_s147L-kdGlGwaatjIAURGitfR_3r2DdNZ05l0OJSM14k5YZai5l65UbHWKsVU5XTArT2Ow3DdOEL0MHaSWEHC-DeXqF6p_r6BltHzu18c/s1600/kampung+daun.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5606795418256626690" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk9X99buY0-_pqYiIC2gVLtrNUtnsD48r8K_s147L-kdGlGwaatjIAURGitfR_3r2DdNZ05l0OJSM14k5YZai5l65UbHWKsVU5XTArT2Ow3DdOEL0MHaSWEHC-DeXqF6p_r6BltHzu18c/s400/kampung+daun.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 150px; margin: 0 10px 10px 0; width: 200px;" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
BEGITU pun yang ketiga dan keempat, mereka menuntut ilmu di sana hingga semuanya melanjutkan ke madrasah tsanawiyah. Ada satu hal yang janggal dengan keluarga Pak Handi dibandingkan umumnya masyarakat saat itu. Anak-anak Pak Handi tidak terbawa hanyut bersama kawan-kawannya menjajakan erteh di stasiun. Meskipun diiming-imingi gemerincing uang, hal itu tidak memancing hati untuk turut berdagang. Mereka tidak pula terbawa kebiasaan menikah di usia belia. Aktivitas sekolah dan kegiatan ekskul mampu mengalihkan perhatian untuk memiliki pacar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam menyiasati hidup, Bu Handi sesekali menerima jahitan dari tetangganya tanpa tarif alias seikhlasnya. Lumayan untuk membantu menambah biaya hidup sehari-hari. Kalau ada lebihnya, disiapkan untuk biaya SPP anak-anaknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk menyiasati risiko sehari-hari, Bu Handi membuat sayur dengan kuah yang diperbanyak. Kedua, menu yang dipilih bukan kesukaan salah satu anaknya, melainkan kesukaan semuanya. Tak jarang cukup ditambah dengan cengek diulek dengan garam, makanan pun bercitarasa. Dalam hal keperluan sandang, baju dijahit sendiri. Yang penting cocok dipakai dalam segala suasana, pagi, sore ataupun malam. Ini salah satu cara menghemat keperluan sandang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam menyekolahkan anak-anaknya penuh romantika, penuh suka dan duka. Terlambat membayar iuran atau SPP kerap dialami anak-anaknya. Tak heran ada beberapa anaknya yang harus berjemur dulu menunggu sekitar 15 menit saat akan ikut ulangan sebagai sanksi terlambat membayar uang bangunan atau SPP. Keterbatasan itu juga membuatnya berhadapan dengan pilihan yang dilematis. (bersambung ke bagian 3)**</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Galamedia, Sabtu, 08 Agustus 2009</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengubah Nasib dengan Pendidikan (3)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: bold;">Sekolahlah Sampai Mentok</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: bold;">"KAU boleh sekolah sampai mentok!" Begitu kata Pak Handi saat dimintai pendapatnya ketika anak pertamanya akan ikut Sipenmaru pada 1981. Sebelumnya Pak Handi menginginkan anaknya segera menikmati buah usahanya yakni menjadi guru SD. Bagaimana kisah selengkapnya? Dadan Wahyudin mengisahkannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
TEKAD keras anaknya untuk mencoba Sipenmaru meluluhkan hati Pak Handi. Namun sekolah sampai mentok yang dimaksud Pak Handi jelas bukan program doktoral (S3) sebagai jenjang pendidikan tertinggi, tapi mentok dalam arti biaya. Ketakutan akan biaya kuliah, mungkin ungkapan polos dan spontan yang meluncur dari bibir Pak Handi. Ibarat baterai kalau energinya habis, ya sudah tamat alias sampai di sana kisah kuliah anaknya, meski gagal sebelum menyentuh finis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVQ56OLTYRtVmj-uvoHafm_wLbqJt6nrJ7RH3tHQxW1alYSHtHC66yYhFPBYFKUtT3F8aw2vVZz4jFK-Q-r__giDqGQapq-uhyoQVvQSLKEpZwvp6CMoxRtNOxydCOKczTfMaKLbrtnvI/s1600/wan2.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5622244481113427538" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVQ56OLTYRtVmj-uvoHafm_wLbqJt6nrJ7RH3tHQxW1alYSHtHC66yYhFPBYFKUtT3F8aw2vVZz4jFK-Q-r__giDqGQapq-uhyoQVvQSLKEpZwvp6CMoxRtNOxydCOKczTfMaKLbrtnvI/s200/wan2.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 150px; margin: 0 10px 10px 0; width: 200px;" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cita-cita Didi, anak Pak Handi yang saat itu ingin kuliah adalah sebuah cita-cita tak lazim. Hampir seluruh kawannya mengabdi menjadi guru SD selulus SPG. Menjadi guru SD di kampung dengan istri yang juga seorang guru cukup membahagiakan. Punya gaji dengan rumah yang ada kolam ikannya, kebun bunga dan sayuran serta binatang peliharaan, hidup tenteram. Tapi rasa penasaran mencoba potensi diri ikut Sipenmaru lebih kuat. Ditambah ia pun memiliki beasiswa Pikiran Rakyat semasa di SPG. Didi memang peraih juara ketiga siswa teladan tingkat SLTA se-Jabar tahun 1980 dan berhak mendapatkan beasiswa Pikiran Rakyat selama satu tahun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi untuk itu ia harus menghadapi tantangan, hambatan, dan sikap skeptis warga di lingkungannya. Keinginan Didi untuk kuliah hanya menjadi bahan olok-olok tetangganya. "Emangnya punya duit berapa si Handi? Untuk makan anak-anaknya saja sulit!", "Kalau mau kuliah harus punya modal 3D (duit, dulur, dekat)!", "Apa mampu anak miskin hidup di kota besar", dll. Menyakitkan. Beruntung Didi cukup tegar. Ia mampu menepis semua itu dengan aktivitas di kampusnya dan berprestasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Didi, saat kos di daerah Negla, ibunya selalu memberinya bekal tempe kering yang dimasak bersama kacang dan teri sebagai menu untuk satu bulan. Jarang sekali ia membeli nasi bungkus atau makanan instan seperti mi. Ia biasa menanak atau membuat nasi liwet. Berasnya dibawa dari kampung, satu karung terigu penuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rupanya Allah SWT memberi jalan. Didi terpilih menjadi Ketua Hima. Saat itu Hima Bahasa Inggris mengadakan kegiatan semacam bazar dan ternyata rugi hampir Rp 2 juta. Tapi kerugian ini ternyata membuka potensi luar biasa dirinya. Karena untuk membayar kerugian itu, seluruh mahasiswa diharuskan mengerjakan proyek menerjemahkan modul-modul bahasa Inggris oleh dosennya. Dan tak lebih dari 5 orang yang pekerjaannya terpakai, termasuk Didi. Tentu saja ini dapat menambah uang sakunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selepas D3 harusnya seluruh mahasiswa ikatan dinas diwajibkan mengajar di SMP di berbagai pelosok daerah, jika ingin melanjutkan ke S1. Tetapi tidak bagi Didi. Ia memperoleh nilai tertinggi di kelasnya dan masuk kategori boleh melanjutkan tanpa harus mengajar dulu di SMP. Tahun 1986, ia lulus S1 dan langsung mengabdikan diri di almamaternya, IKIP Bandung. Ucapan Pak Handi boleh sekolah hingga <span style="font-weight: bold;">mentok</span> benar-benar menjadi kenyataan, dengan diraihnya gelar doktor (S3) pada tahun 2006 di Gedung Partere Isola UPI dan tak lama, gelar profesor pun diraih dalam usia relatif muda 46 tahun. (bersambung ke bagian 4)**</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Galamedia, Minggu, 09 Agustus 2009</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengubah Nasib dengan Pendidikan (4)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: bold;"> Memilih Perguruan Tinggi Berstatus Negeri</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: bold;">MEMILIH perguruan tinggi negeri (PTN), itulah salah satu hal yang dilakukan Pak Handi dalam menyekolahkan anaknya hingga jenjang perguruan tinggi. Dengan memilih PTN, biayanya lebih murah karena disubsidi pemerintah. Selain itu, mudah mendapat beasiswa dan berbagai fasilitas tersedia, seperti dosen, perpustakaan, laboratorium, dan lain-lain dijamin lengkap. Seakan menjadi aturan tidak tertulis, anak-anaknya harus kuliah di perguruan tinggi negeri. Bagaimanakah kisah selanjutnya? Dadan Wahyudin mengisahkannya berikut ini.</span></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGXhMhhwdm5oHY6ea2gG-74tmS4M4QclB8dPuC24hAYRNidf7NeaQsBckov3UMtETCqbW-1yUjRxn23JdD2JGU46OF_4VnCSUGOGMHa-_aeOQ0KvE5lJHjbHyaxzkg1P3XD402oN4NNZE/s1600/profil_hdidi1.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGXhMhhwdm5oHY6ea2gG-74tmS4M4QclB8dPuC24hAYRNidf7NeaQsBckov3UMtETCqbW-1yUjRxn23JdD2JGU46OF_4VnCSUGOGMHa-_aeOQ0KvE5lJHjbHyaxzkg1P3XD402oN4NNZE/s400/profil_hdidi1.JPG" width="295" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kisah satu putranya karya penulis di satu media cetak propinsi</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
UNTUK masuk PTN harus melalui ujian saringan masuk yang dipersiapkan melalui belajar yang sungguh-sungguh. Tanpa belajar yang baik dan tekun, kecil kemungkinan bisa berhasil. Apalagi persaingannya sangat ketat. Satu hal yang harus dicatat, anak-anak Pak Handi diterima di PTN tanpa satu pun yang mengikuti les privat atau bimbingan belajar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Resepnya antara lain mempelajari soal-soal bekas ujian masuk PTN, baik dengan memfoto kopi, meminjam atau membeli buku pembahasan soal-soal untuk latihan. Lalu, memahami bentuk dan karakter soal, karena soal-soal selalu berulang dari tahun ke tahun. Caranya kerjakanlah soal sampai muncul jawabannya. Hal itu tentu saja harus dibarengi dengan belajar giat dan berdoa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di bangku kuliah, selain mencari ilmu pengetahuan, juga aktif di beberapa unit kegiatan. Ini sangat membantu memperoleh wawasan, pengalaman, atau relasi pergaulan yang luas. Di samping itu dapat dijadikan media mengasah dan mengembangkan bakat dan minat yang dimiliki. Cara ini berkaitan erat dengan kompetisi dalam memperoleh pekerjaan setelah lulus nanti. Manfaatkanlah kampus untuk melatih dan mengembangkan talenta kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk urusan biaya kuliah, anak-anak Pak Handi kreatif mencari pembiayaan sendiri karena kiriman orangtua tak bisa diandalkan sepenuhnya. Tak heran anak-anaknya menyambi jadi tenaga honorer di sekolah, berjualan kerudung, buku, atau memberi les privat door to door. Sebagai anak dari keluarga tidak mampu, mereka tidak sungkan meminta bantuan biaya pendidikan berupa beasiswa. Di PTN, beasiswa cukup banyak, terutama bagi yang memerlukan. Sayang kalau niat baik pemerintah dan perusahaan swasta ini dilewatkan begitu saja. Dengan mengurus proses pengajuan beasiswa dan telah memenuhi sejumlah persyaratan, akhirnya beasiswa seperti TID (Tunjangan Ikatan Dinas), Supersemar, PPA (Peningkatan Prestasi Akademik), PT Tifico, HU Pikiran Rakyat didapat. Beberapa mahasiswa sering enggan mengurus persyaratan administratif perihal keterangan penghasilan atau domisili orangtua. Padahal, beasiswa sangat membantu dalam menempuh studi selanjutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAUS0DfYgSs_XXjcAviDyMNLXxfHbgJ4vDm_dfutevAJn982KHUSod6q4D6DYfJf4MTZ9M41YqrU2h5FV6rQ-QYiLmVa3tGQvgY6mmm7TVS5qcf-h03j327PA4vjSRDXRR2zkRrrIA_t8/s1600/profil_hj1.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAUS0DfYgSs_XXjcAviDyMNLXxfHbgJ4vDm_dfutevAJn982KHUSod6q4D6DYfJf4MTZ9M41YqrU2h5FV6rQ-QYiLmVa3tGQvgY6mmm7TVS5qcf-h03j327PA4vjSRDXRR2zkRrrIA_t8/s400/profil_hj1.JPG" width="295" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kisah sang IBU, karya penulis di suatu majalah kota kembang amat inspiratif</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menikmati dan menghadiri acara wisuda tentu sangat membahagiakan bagi Pak Handi dan Bu Handi. Hampir seluruh PTN di Bandung, seperti IKIP, Unpad, ITB, dan IAIN SGD mengundangnya sebagai tamu civitas akademika saat wisuda anak-anaknya. Termasuk di STAN/Prodipkeu Jakarta tahun 1996. Undangan wisuda pun makin istimewa saat Didi dan Siti dikukuhkan sebagai doktor (S3) pada tahun 2006 dan 2007 oleh Rektor UPI, Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata. Tradisi wisuda dilanjutkan cucu Pak Handi dan Bu Handi. Sungguh momentum yang indah dan membahagiakan. (bersambung)**</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Galamedia, Senin, 10 Agustus 2009</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengubah Nasib dengan Pendidikan (5)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: bold;">Tukang Cukur Tradisional itu Jadi Tamu Allah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: bold;">BISA berziarah ke Tanah Suci adalah impian umat muslim. Di kampungku, orang yang berangkat haji biasanya juragan beras atau pemilik toko material alias orang kaya. Bagi orang-orang kurang mampu atau pas-pasan, bermimpi pun rasanya tidak pede. Tapi tidak bagi Pak Handi, ia selalu berdoa di keheningan malam untuk bisa diberi kesempatan menunaikan Rukun Islam yang kelima itu. Bagaimana kelanjutan kisah Pak Handi? Dadan Wahyudin mengisahkannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
SEORANG tukang cukur tradisional dengan beban 8 anak yang harus diberi makan, disekolahkan, dan diberi baju, bermimpi ke Tanah Suci, di mata tetangganya sesuatu hal yang mustahil, baik secara logika maupun matematis. Bahkan mereka menyindirnya sebagai pungguk merindukan bulan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi tidak bagi Allah SWT. Apa pun yang dikehendaki-Nya, kun fayakun, jadi maka jadilah. Setelah tiga keluarga anaknya lebih dulu menunaikan ibadah haji, di awal tahun 2005 bersama keluarga anaknya yang keenam, Pak Handi menyusul memenuhi panggilan sebagai tamu Allah SWT. Tentu ini karunia yang luar biasa. Rahmat dan kenikmatan diberikan Allah SWT pada hamba yang dikehendaki-Nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk urusan ONH, Pak Handi tidak mengeluarkan uang sepeser pun. Untuk memberangkatkan Pak Handi dan istrinya, anak-anaknya berinisiatif menyodorkan sirkulir secara sukarela dan terkumpul dana yang cukup untuk ONH berdua. Dengan cara ini, besar atau kecil, semuanya bisa berpartisipasi. Di Tanah Suci pun, Pak Handi merasa nyaman, karena ditemani keluarga Ade M., anaknya. Sepulang dari Tanah Suci, Pak Handi mendapat nama haji, Haji Abdurahman dan istrinya, Hajjah Uswatun Hasanah. Kemudian disusul keluarga anaknya yang ketujuh di tahun 2006 dan insya Allah disusul yang lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZyGpKEV2V7lgzQyvZBQa5NXZS4ABlxhCEXds-ntvlcqcgGBBGqb0eblVEicbnqgcXTCq4WVXxT-AXwAVAPq45rS8T6a4O-vRxbUzigRXtjBJ3f1OpaD3EqVZxvMtwTR-bfxznjpOeaGs/s1600/ayah+arab.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5606785893875096498" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZyGpKEV2V7lgzQyvZBQa5NXZS4ABlxhCEXds-ntvlcqcgGBBGqb0eblVEicbnqgcXTCq4WVXxT-AXwAVAPq45rS8T6a4O-vRxbUzigRXtjBJ3f1OpaD3EqVZxvMtwTR-bfxznjpOeaGs/s400/ayah+arab.jpg" style="float: left; height: 300px; margin: 0px 10px 10px 0px; width: 400px;" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pak Handi dan istrinya serta seorang mantu di Tanah Suci</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keluarga Pak H. Handi telah memberi warna dalam kehidupan. Niat tulus dan tekad yang dibarengi usaha serta doa telah mengubah kehidupan Pak Handi sekeluarga. Hal itu sesuai dengan rumus kehidupan bahwa kalau mau hidup sejahtera maka genggamlah pendidikan, karena dengan pendidikanlah orang menjadi cerdas dan beradab.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hal ini memotivasi tetangga dan kerabat di kampungnya untuk berupaya menyekolahkan anak-anaknya. Tidak lagi sebatas imbauan pemerintah dalam wajardiknas sebatas lulus SD atau SMP, tapi lebih dari itu. Bila dulu anak-anak sejak remaja diarahkan untuk berdagang asongan di kereta api dan menikah di usia belia, kini mereka sudah terpacu oleh semangat dan keberhasilan Pak Handi. Di antara delapan saudara Pak Handi kini telah lahir 3 orang akademisi atau sarjana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pesan di atas pun dapat ditimba pembaca, keterbatasan dan kekurangan ternyata tidak membuat kita harus patah semangat dan menyesali kehidupan. Tapi dengan optimisme dan usaha sungguh-sungguh disertai doa, niscaya Allah SWT akan memberi jalan terbaik. Anak-anak Pak H. Handi kini telah bekerja di berbagai instansi dan profesi. Mereka adalah Prof. Dr. H. Didi Suherdi, M.Ed.; Dr. Hj. Siti Maryam, M.Pd.; Pupu Marfuah; Dra. Hj. Yani Maryani; Dadan Wahyudin, S.Pt ; H. Ade Muhtar, M.M.; Hj. Tati, S.T.; dan Lina M., S.P. Di usianya yang mencapai 64 tahun, Pak H. Handi memilih pensiun dari profesinya sebagai tukang cukur. Kegiatan mencukur kini hanya dilakukannya pada anak dan cucu-cucunya. Waktunya lebih banyak dicurahkan untuk menemani cucu-cucunya yang mencapai 38 orang. Kini ia tinggal di Hegarmanah Melongasih Cimahi. (tamat)**</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis, Dadan Wahyudin</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : Harian Galamedia 6-10 Agustus 2009 dan situs : <span style="font-style: italic;">http://www.klik-galamedia.com/indexrubrik.php?wartakode=20090806112531&idkolom=kisah</span></div>
Dadan Wahyudinhttp://www.blogger.com/profile/13806924166896026470noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5491515280978714757.post-11309621379015253322009-08-12T21:07:00.000-07:002013-08-26T16:02:47.536-07:00Kisah Sukses: H. Handi Junaedi: 7 dari 8 Anaknya Sarjana<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><span style="color: blue;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPvM94rG_NtXFxp74j7EG-IExrgOJA9KBklmv0vexGbW43LBct3zkopr6aQLkxM96psff6F-qiI9Zm4HBj8PcUFqvuGOHrWkPkuKuZQyNzTt0b8nHAAR2rPM6dUF3BHHEZBC3gaHc6Hbs/s1600/tkc_1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="305" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPvM94rG_NtXFxp74j7EG-IExrgOJA9KBklmv0vexGbW43LBct3zkopr6aQLkxM96psff6F-qiI9Zm4HBj8PcUFqvuGOHrWkPkuKuZQyNzTt0b8nHAAR2rPM6dUF3BHHEZBC3gaHc6Hbs/s400/tkc_1.jpg" width="400" /></a></span></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: blue;">Artikel versi Cetak, dengan tokoh AYAH, diminta khusus untuk Majalah KISAH Vol III Juni 2007</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><i> </i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Oleh: Dadan Wahyudin</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgt3hwmAwMQwa7TsPF5V4GFQuhbt8wu4lgSxIYG3qBic0axqZYYUsl2d3gTd844RJ_i55BnUE24K0U7rZTHdqOG77uXrWqkJwX5kHUvoZaar6Zr-0RPJYhSzpkcP5k7OTZAFXiXtAUfmPg/s1600/dadan.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5607037215623639954" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgt3hwmAwMQwa7TsPF5V4GFQuhbt8wu4lgSxIYG3qBic0axqZYYUsl2d3gTd844RJ_i55BnUE24K0U7rZTHdqOG77uXrWqkJwX5kHUvoZaar6Zr-0RPJYhSzpkcP5k7OTZAFXiXtAUfmPg/s320/dadan.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 133px; margin: 0 10px 10px 0; width: 111px;" /></a><span style="color: red;">Dimuat di Majalah Kisah - Intisari (Gramedia) Volume III Edisi Juni 2007 hal 112-119.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;"><span style="font-style: italic;">H. Handi Junaedi (65) hampir 40 tahun menjadi tukang cukur tradisional. Namun, ia mampu memberi pendidikan anak-anaknya secara layak. Berkat kegigihannya, dua anaknya meraih gelar doktor (S3), seorang lulusan program magister (S2), empat orang sarjana (S1) dan seorang lagi tamat SLTA. Tak cuma itu, ia, isterinya dan anak menantunya bisa menunaikan ibadah haji, ibadah yang hampir mustahil bagi seorang tukang cukur tradisional.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kios cukur Pak handi - begitu sapaan akrab H. Handi Juaedi, bukanlah seperti barbershop atau salon yang dipenuhi peralatan canggih dan serba nyaman. Kios itu cuma terbuat dari bilik bambu beratapkan seng. Semilir angin di bawah pohon kersen seakan menjadi AC penyejuk bagi konsumen yang dilanda kegerahan. Dengan berjalannya waktu, kios itu dibuat semi permanen dengan menggunakan batu bata. Di sanalah tersimpan sejuta kisah perjuangan Pak Handi menyekolahkan delapan anaknya tanpa putus.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Pak Handi lahir di Pagaden - Subang, Jawa Barat, 1 Maret 1942, tepat saat bala tentara Jepang menginjakkan kakinya di Pulau Jawa. Ia lahir dari keluarga buruh tani yang mengandalkan penghasilannya dari sawah orang lain. Ketika usianya beranjak remaja, sang ayah meninggal dunia. Sebagai lelaki tertua dari delapan saudara, praktis bersama ibunya terlibat dalam membimbing, mengasuh, menjadi tumpuan hidup adik-adiknya. Handi muda menjadi terbiasa menyelesaikan permasalahan keluarga umumnya, mengatasi perselisihan, memberi nasihat, serta praktis mengambil peran dan tanggung jawan ayahnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Pendidikan formal Pak Handi kala itu terabaikan. Ia mengeyam pendidikan formal hanya sampai kelas 4 Sekolah Rakyat (kini SD). <span style="font-style: italic;">"Maklum situasi zaman itu memang tak menguntungkan. Sekolah merupakan barang mewah"</span> katanya. Bermodalkan pendidikan terbatas itu, yang membuatnya mampu membaca, menulis dan berhitung dengan lancar, ia berusaha mencari nafkah untuk kelangsungan hidupnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-weight: bold;">Menabung sembunyi-sembunyi</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Mengasong di Stasiun Kereta api Pagadenbaru setelah menikah Suaebah (biasa dipanggil Ibu Ae) pada tanggal 24 Februari 1960 boleh dikatakan sebagai awal dari hidupnya. Pasangan Pak Handi-Ibu Ae menetap di Kampung Sukajaya Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang, Jawa Barat, tak jauh dari stasiun kereta api Pagadenbaru. Di stasiun tersebut ia menjajakan barang dagangannya hingga larut malam demi rezeki untuk satu liter dua liter beras yang ditunggu anak isterinya di rumah. Rutinitas "mengawal'" kereta api berakhir tatkala ia terjatuh ke sawah saat kereta sedang melaju. Ia menderita luka cukup parah. Peristiwa inilah yang membuatnya beralih profesi menjadi tukang cukur. Ia memilih mangkal menempati petak kios di pinggir stasiun.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Pak Handi melakoni profesi tersebut hingga anaknya mencapai delapan orang. Penghasilan sehari-hari sebagai tukang cukur, kalau dihitung secara matematis, tentu tidak memadai. Namun hidup ternyata bukan hitungan matematika bersifat mutlak. Ada nilai "barokah" yang sulit diukur perhitungan finansial. Meski, penghasilan Pak Handi di bawah kebutuhan. Toh, ia dan keluarganya tetap hidup dan berkembang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sebagai "menteri keuangan" keluarga, Ibu Ae sedemikian rupa mengatur keuangan keluarga. Bisa melewati satu hari saja, rasanya sudah bersyukur. Untuk esok hari, ya harap-harap cemas menanti usaha (rezeki) yang dibawa suami. Supaya hemat, ia menyiasati dengan memasak yang disukai semua anggota keluarga. Bukan standar selera suami atau salah satu anaknya. Untuk makan seluruh anggota keluarga, ia sudah terbiasa memasak sayur asam satu wajan besar dengan sambal goang (sambal cuma terdiri atas cabai rawit dan garam). Atau sayur kangkung dengan banyak kuah dan kerupuk. Dengan makanan seperti itu semua anggota keluarganya biasanya cukup menikmatinya. Hemmh...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAUS0DfYgSs_XXjcAviDyMNLXxfHbgJ4vDm_dfutevAJn982KHUSod6q4D6DYfJf4MTZ9M41YqrU2h5FV6rQ-QYiLmVa3tGQvgY6mmm7TVS5qcf-h03j327PA4vjSRDXRR2zkRrrIA_t8/s1600/profil_hj1.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAUS0DfYgSs_XXjcAviDyMNLXxfHbgJ4vDm_dfutevAJn982KHUSod6q4D6DYfJf4MTZ9M41YqrU2h5FV6rQ-QYiLmVa3tGQvgY6mmm7TVS5qcf-h03j327PA4vjSRDXRR2zkRrrIA_t8/s320/profil_hj1.JPG" width="236" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Profil sang IBU, tujuh halaman, karya penulis dimuat di media cetak Bandung</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Ibu Ae juga suka menjahit. Kalau menjahit baju untuk anak-anaknya, ia memilihkan model baju yang bisa dipakai pagi hari, juga sore hari.. Ini juga menjadi cara Ibu Ae menghemat pengeluaran untuk keperluan sandang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Tahun 1968, pasangan Pak Handi-Ibu Ae mulai menyekolahkan anak-anaknya. Meski bukan sekolah swasta, biaya untuk keperluan sekolah lumayan besar untuk ukuran mereka. Seperti untuk membeli buku, seragam, sepatu, dsb. Karenanya, selain menjadi tukang cukur, Pak Handi juga berusaha berdagang keliling kampung sepulang dari kios cukur. Ia mengambil barang dagangan dari grosir di pasar Pagaden untuk dijual kepada ibu-ibu di kampung Peundeuy, Bakan Kopi, Salagedang hingga Parigi. Di hari Rabu dan Sabtu ia berkeliling kembali menagih pembayaran barang-barang yang dikreditkan. Dari uang tagihan inilah, ia kemudian membayar barang di grosir dan mendapatkan untung dari selisih harganya.</span><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sayang, kios cukur Pak Handi tahun 1993 terkena Proyek pelebaran jalan ke Pasar Inpres. <span style="font-style: italic;">"Saya
lalu mendirikan kios di lahan milik PU selama tiga tahun namun kembali
dipakai si empunya tanah hingga akhirnya mengambil ruang depan rumah,"</span> tukasnya lirih.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRnIQOwzIm2APtniSv936Qpj33f-PJodddYaSzYUg0fL333VvbwMypNTjbMSFolvnqZNh_WCxt9t1iu77KyfJ9woA2n7iydAKS2jNTkq8BSy5X7ZLFHpSI4HESJ-Ugfr7ECkTtjYj2-Dk/s1600/profil_hdidi1.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRnIQOwzIm2APtniSv936Qpj33f-PJodddYaSzYUg0fL333VvbwMypNTjbMSFolvnqZNh_WCxt9t1iu77KyfJ9woA2n7iydAKS2jNTkq8BSy5X7ZLFHpSI4HESJ-Ugfr7ECkTtjYj2-Dk/s400/profil_hdidi1.JPG" width="295" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Artikel inspiratif sang anak, karya penulis di sebuah majalah</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Satu gaya hidup Pak Handi yang patut diacungi jempol, meskipun penghasilan pas-pasan, ia selalu memerlukan menabung. Jangan menyangka di BPR atau Bank. Pak Handi selama hidupnya tak kenal bank. Itu pula yang membuat hidupnya bersahaja. Ia menaruh uang tabungan di tempat-tempat yang tidak mencurigakan, seperti bekas pasta gigi, palang pintu, atau kardus bekas. Tabungan itu biasanya dibuka ketika ia membutuhkan biaya yang tidak bisa dipenuhi dari pendapatan sehari-hari.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Semula, keluarga tidak mengetahui kebiasaan itu. Namun, ada perilaku Pak Handi yang membuat keluarganya curiga. Ketika disodori kebutuhan biaya cukup besar, SPP atau iuran sekolah misalnya, ia segera menghilang sebentar. Ia kemudian muncul kembali dengan sejumlah uang. Suatu ketika upaya "menghilangkan diri" dilakukannya tercium oleh penulis. Setelah diintip woow....ternyata ia sedang asyik membongkar celengan rahasianya. Kalau kepergok seperti itu Pak Handi cuma tersenyum. Namun, kali berikutnya ia tidak akan menabung dalam tempat yang sama.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Jika ada kebetulan rezeki lebih, Pak Handi menginvestasikan dengan cara membeli seekor domba untuk digembalakan anaknya. Mungkin domba itu mirip deposito bisa berkembang biak dan ATM bisa ditarik tunai alias dijual. Ia akan menjual investasi itu saat membutuhkan uang segera seperti menjelang tahun ajaran baru, saat ada anaknya yang naik jenjang sekolah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Terlambat membayar SPP atau iuran lainnya sudah menjadi langganan anak-anak Pak Handi. Bukan sengaja atau abai, namun semata-mata karena Pak Handi belum mampu membayar. Tak heran, seperti dialami penulis sering harus "berjemur" dulu sekitar 15 menit di lapangan olahraga, hanya karena belum melunasi iuran uang ulangan atau bangunan. Sementara siswa lain tengah asyik mengikuti ulangan umum.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Dalam keterbatasan Pak Handi dan Ibu Ae terus berupaya mendidik anak. Si anak pun tak patah semangat. Buktinya, anak-anak mereka mencapai prestasi membanggakan. Tahun 1980, anak pertama Pak Handi, Didi Suherdi (saat itu duduk di SPGN Subang) terpilih sebagai Siswa Teladan III Tingkat SLTA se-Jawa Barat dan berhak atas beasiswa Pikiran Rakyat selama setahun. Didi juga pernah meraih predikat mahasiswa teladan se-IKIP Bandung. Sementara Tati Rahmayati (anak ketujuh) saat duduk di SMAN 4 Bandung (1995) keluar sebagai Juara Harapan I Lomba Astra Kimia se-Jabar dan DKI Jakarta yang memuluskannya masuk Teknik Kimia ITB.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-weight: bold;">Kios Nyaris Dijual</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Dalam keterbatasan finansial, Pak Handi sering menghadapi persoalan-persoalan dilematis. Misalnya, di tahun 1982, anak kedua Siti Maryam baru saja lulus SPGN Subang dan diterima di Program D3 Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Bandung. Sebelumnya kakaknya, Didi diterima di Program D3 Bahasa dan Sastra Inggris perguruan tinggi yang sama. Meski Didi mampu membiayai pendidikan dengan beasiswa dan memberi privat dan menerjemahkan, toh Pak Handi tetap menghadapi kesulitan membiayai Siti kuliah. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kondisi itu pula membuatnya gundah. Batinnya tergetar, semua serba dilematis. Kedua pilihan cukup pahit dan pilihan kuliah terlalu sayang bila harus diabaikan. Padahal masuk PTN bagi kebanyakan siswa saat itu amatlah sulit. Suatu ketika Pak Handi mengutarakan niatnya berbincang dengan anaknya dari hati ke hati.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-style: italic;"><br />"Siti, kakakmu tahun lalu masuk IKIP dan membutuhkan biaya besar. Ke depannya juga belum jelas. Bagaimana kalau kuliahmu bisa ditunda dulu atau Ayah harus menjual kios. Mudah-mudahan uangnya cukup untuk bekal kuliah di Bandung untuk beberapa hari ke depan,"</span> ucap Pak Handi dengan bibir tergetar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><span style="color: blue;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiekRKsCbZoWDuiHZVErbh03RYF5ZSQOWgTdsRoYRAb8_7OekOTqMm4Ri_kcXAbZOwRBRw7W3z-XvFveNzncfj0YB7dUTheB7kB80IQvBCErNwMLKc0dwP8FMokF6naIdPNlZ2HlzOVNeM/s1600/st+mayam.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="296" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiekRKsCbZoWDuiHZVErbh03RYF5ZSQOWgTdsRoYRAb8_7OekOTqMm4Ri_kcXAbZOwRBRw7W3z-XvFveNzncfj0YB7dUTheB7kB80IQvBCErNwMLKc0dwP8FMokF6naIdPNlZ2HlzOVNeM/s400/st+mayam.jpg" width="400" /></a></span></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: blue;">Dr. Hj. Siti M, M.Pd (kanan) dalam berita <i>HU Pikiran Rakyat</i></span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Namun, apa reaksi Siti? Ternyata Siti seorang remaja bijak yang jauh dari sikap egois. Dengan santun, ia memaparkan bahwa merasa keberatan atas rencana sang Ayah menjual kiosnya. Ia memilih lebih baik batal kuliah daripada ayahnya menjual satu-satunya sumber mata pencaharian, di mana ibu dan tujuh saudara lain tentu bergantung dari kios itu, tempat ayahnya mencari nafkah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Rupanya Tuhan melihat kesulitan Pak Handi. Tanpa ia duga, ada kerabatnya meminjamkan uang secara lunak tanpa harus menjual kios, Siti pun bisa kuliah. Pada akhirnya, keduanya mendapat Tunjangan Ikatan Dinas (TID) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan cukup membantu biaya kuliah selanjutnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kesulitan lain menguras pikiran terasa di tahun 1992. Saat itu, tiga anaknya harus naik jenjang sekolah, Lina Marlina (anak kedelapan) dari SD ke SMP, Tati Rahmayati (anak ketujuh) dari SMP ke SMA dan Ade Muhtar dari SMA ke perguruan tinggi. Dua anak lainnya Yani M. (anak keempat) dan Dadan Wahyudin (anak kelima) harus registrasi kuliah bulan itu juga. Untungnya, Pak Handi punya kebiasaan mengikuti arisan di tetangganya. Dengan minta menarik arisan terlebih dahulu (ditukar) biaya siswa baru dapat tertutupi termasuk biaya kuliah anak lain berkat cairnya rapel beasiswa mereka. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Begitu pun Ade, meski diterima di Jurusan Farmasi ITB, Tuhan mengantarkannya ke sekolah yang tanpa mengeluarkan uang kuliah yakni STAN Jakarta. Di Jakarta, Ade M pun bertempat tinggal di keluarga yang baru dikenalnya. Dengan baik hati, sang empunya kos bisa dibayar kalau Pak Handi sudah memiliki uang untuk membayarnya. Sungguh bukti kebesaran Tuhan Yang Mahakuasa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Begitu seterusnya, setiap kali Pak Handi menghadapi kesulitan biaya selalu pula ada jalan keluarnya. Itu tak lain dari kebiasaan dirinya selalu berdoa untuk bangun malam di sepertiga malam akhir.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqUySoO5dbDfgBAnctCWjM9DqTJckghC9tegNrL-SAiFQlHldm6VdISvWQA5EyW6mq-BbR7bCm1euvnZMj3znC2zZ-t84cflwL6Gn-YvwJtv6U_6q8UHv1EceD1wVcr39d7rpEwRWZIBg/s1600/profil_miki1.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqUySoO5dbDfgBAnctCWjM9DqTJckghC9tegNrL-SAiFQlHldm6VdISvWQA5EyW6mq-BbR7bCm1euvnZMj3znC2zZ-t84cflwL6Gn-YvwJtv6U_6q8UHv1EceD1wVcr39d7rpEwRWZIBg/s400/profil_miki1.JPG" width="290" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ketiga putra Pak Handi bersama guru besar Jepang, Prof. Dr, Mikihiro Moriyama dalam suatu seminar internasional. Dokumen diambil dari Majalah Suara Daerah PGRI Jawa Barat.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kini, kedelapan anaknya sudah menyelesaikan pendidikannya dan bekerja. Prof. Dr. H. Didi Suherdi, M.Ed menyelesaikan pendidikan di IKIP (1986) kemudian dilanjutkan mengambil magister di Universitas Melbourne, Australia (1994) dan S3 di UPI Bandung kini bertugas di almamaternya sebagai dosen di FPBS UPI Bandung. Dr. Hj. Siti Maryam, M.Pd menyelesaikan S1, S2 dan lulus S3 (2007) di IKIP/UPI Bandung, sejak begitu lulus sarjana diterima sebagai PNS di lingkungan Kopertis Wilayah IV dan kini bertugas di Progpas S2/FKIP Universitas Suryakancana Cianjur. Dra. Yani M. alumnus IAIN Sunan Gunung Djati Bandung sebagai PNS di Subang, Dadan Wahyudin, S.Pt lulus Fakultas Peternakan Unpad Bandung tahun 1996 bekerja sebagai praktisi peternakan dan menyambi sebagai jurnalis lepas, Tati Rahmayati, ST lulus sarjana di Jurusan Teknik Kimia - FTI ITB (2000) sebelumnya bekerja di Mental Aritmetika Internasional. H. Ade Muhtar, MM alumnus STAN Jakarta dan menyelesaikan program S2 di Universitas Bhayangkara Jakarta, kini menjadi PNS di KPP Kebonjeruk, Jakarta. Elin Marlina, SP lulus Fakultas Pertanian Unpad Bandung (2003) sekarang berprofesi guru. Terakhir Upu M. tamat SLTA kini tertarik berwiraswasta, menjadi juragan kelontong di pasar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sukses itu tentu tak lepas dari peran Hj. Suaebah. Ibu Ae selalu menanamkan nilai-nilai kejujuran pada anak-anaknya ketika masih kecil. Kalau ada yang kehilangan sesuatu, ia tidak pernah sekalipun menyebut apalagi menuduh mencuri. Paling-paling ia mengingatkan, <span style="font-style: italic;">"Ah, barangkali lupa tempat menaruhnya."</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Ibu Ae juga menanamkan nilai keagamaan, norma, dan moral pada semua anaknya. Menjelang tidur, dengan penuh kasih sayang, nilai-nilai keteladanan, perjuangan, dan optimisme diberikan dengan memberi cerita kisah teladan dari para Nabi dan orang-orang Saleh. Tak terlewatkan cerita tokoh-tokoh besar nasional dan dunia banyak terlahir dari kalangan jelata. Pesan kepada anak-anaknya, <span style="font-style: italic;">"Mereka bukan saja mampu mengubah nasib dirinya, tapi juga nasib bangsanya."</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Hampir 40 tahun Pak Handi menggeluti usaha sebagai tukang cukur. Kondisi fisik Pak Handi kini sudah tidak muda lagi, sehingga di tahun 2005 ia memilih untuk pensiun. Kegiatan mencukur masih dilakukan terbatas pada anak-cucunya. Sepulang menunaikan ibadah haji tahun 2005, Pak H. Handi dan Bu Hj. Suaebah menetap di Cimahi, Bandung kota tempat enam keluarga anaknya tinggal. (**)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Penulis, Dadan Wahyudin, di Bandung</span></div>
Dadan Wahyudinhttp://www.blogger.com/profile/13806924166896026470noreply@blogger.com0